My husband's wedding

1.7K 120 27
                                    

Warning ⚠️🔞
Ceritanya bakal agak panjang, jadi sebelum membaca sebaiknya siapkan kursi, camilan dan yang paling penting luangkan waktu >.<



Suara peraduan antara high heels dengan lantai marmer itu membuat Haechan bergidik ngeri. Sedikit cemas karena entah apa yang akan mertuanya itu katakan padanya. Hubungan keduanya tidaklah baik dan Haechan yakin jika sampai wanita paruh baya itu menyuruhnya untuk bertemu, pasti ada hal penting yang dibicarakan.

"Haechan."

"N-nde jangmo." buru-buru Haechan bangkit dari duduknya untuk membungkuk hormat

Wanita itu melambaikan tangannya menyuruh Haechan untuk kembali duduk. Setelah itu ia duduk di sofa seberang Haechan dan menatap menantunya itu. "Haechan, aku akan terus terang saja padamu. Aku akan menikahkan putraku dengan anak rekan bisnisku. Ini demi kemajuan bisnis keluarga kita, jadi kau bisa mengerti kan?" ucapnya dengan penuh tekanan diakhir kalimat

Haechan sontak menatap sang mertua. Kaget, bingung dan sedih. Apa dia tidak salah dengar? Kenapa?

"Ma-maaf jangmo, tapi saya dan Jeno su-sudah menikah.." Haechan menunduk dengan tangan yang meremat kuat celananya

"Kau masih tidak paham? Seharusnya kau bersyukur aku sudah mau menerimamu dulu. Hanya membiarkan Jeno menikah lagi untuk perkembangan bisnis keluarga, apa sesulit itu untukmu? Kau egois." ucap Nyonya Lee "Oh, atau kau ingin aku membuat pernikahanmu dengan putraku hancur?" lanjutnya

Haechan mendongakkan kepalanya, menatap sang mertua dengan pandangan berkaca-kaca. Dia tidak mau berpisah dengan suaminya. Haechan mencintai Jeno. Haruskah ia mengikhlaskan suaminya untuk menikah lagi?

"Jangmo.. sa-saya mengizinkan Jeno menikah lagi." ucap Haechan dengan nada sedikit bergetar karena menahan tangis

Wanita itu tersenyum simpul "Bagus. Ku harap kau tak akan membuat kekacauan. Kau boleh pergi."

Haechan mengangguk, sedikit membungkuk untuk berpamitan lalu segera keluar dari rumah mertuanya. Haechan berlari cepat meninggalkan kediaman megah keluarga Lee. Secepat mungkin ia ingin meninggalkan tempat memuakkan ini dan meluapkan tangisnya. Dadanya begitu sesak seolah ada benda tumpul besar yang menghantam dadanya. Sakit, sangat sakit.

Haechan memutuskan untuk berhenti di sebuah taman yang cukup sepi. Ia menangis sepuasnya disana.

Drrtt, drrtt.

"Hiks.." Haechan mengambil ponsel disakunya. Melihat nama sang suami yang memanggil, ia menghentikan sebentar tangisnya lalu menekan tombol hijau di ponselnya.

"Ha-halo?"

"Sayang? Kamu dimana?" tanya suara berat diseberang sana

"Aku eumm aku di taman dekat komplek rumah. Ada apa?"

Helaan nafas terdengar dari ujung telepon "Tunggu disana, aku akan menjemputmu."

"Eh? Y-ya, hati-hati."

Pip.

Setelah panggilan itu usai, Haechan membulatkan matanya saat melihat waktu di ponselnya. Menolehkan kepala untuk memperhatikan sekitar. Sudah gelap ternyata. Pantas saja suaminya terdengar khawatir saat meneleponnya tadi. Haechan menepuk pelan dahinya.

Tak lama suara klakson mobil terdengar. Haechan segera beranjak dari duduknya dan menghampiri mobil suaminya untuk pulang ke rumah.

***

Seminggu setelahnya, Haechan kini tengah menatap sendu suaminya yang terlihat tampan dalam balutan tuxedo berwarna hitam. Gagah dan berkharisma. Tapi sayangnya.. setelah ini suaminya itu bukan lagi miliknya seorang. Ia harus berbagi dengan orang lain. Hati Haechan terasa tercubit ketika mengingat apa yang terjadi. Kenapa hidupnya selalu terasa pahit? Apa ini hukuman untuknya atas dosa di kehidupannya yang dulu?

Haechan dan dunianya [Oneshot] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang