Behind them [part two]

1.7K 151 5
                                    

Suatu hari Haechan sedang berada di sebuah taman. Kekasihnya tadi memintanya untuk bertemu disana. Katanya sih ada hal penting yang perlu mereka bicarakan.

"Yakin ku tinggal?" tanya Jaemin dari dalam mobilnya

"Iyaa, nanti aku bareng Jeno. Udah sana hush." Haechan langsung pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban dari Jaemin

Awalnya si manis berjalan sambil tersenyum senang, tapi tak lama senyumnya meluntur digantikan raut bingung. Pasalnya disana Jeno tak hanya duduk sendirian. Ada sosok tak asing yang ikut duduk disampingnya. Melihat kedatangan Haechan, sang dominan langsung berdiri dan tersenyum menyambutnya.

"Hai, Chan." sapa Jeno

Haechan sempat bingung dengan panggilan Jeno padanya. Tapi ia memilih diam dan tersenyum "Hai, sayang. Tumben kok ada Renjun juga?"

Yang disebut namanya hanya diam menunduk.

"Iya tadi kita habis ketemu." jawab Jeno "Chan, ada yang ingin aku bicarakan denganmu."

"Hm? Tentang apa?"

Jeno tampak menghela nafas sebentar. Raut wajahnya terlihat gusar. "Chan, aku minta maaf. Aku.. aku menghamili Renjun dan kami saling mencintai."

Terkejut? Tentu. Haechan hanya bisa diam. Tubuhnya terasa kaku barang untuk berkedip sekalipun. Pikiran dan hatinya berkecamuk. Mencoba mencerna tiap perkataan yang kekasihnya ucapkan. Tapi nihil. Pikirannya kosong.

"Maaf Haechan. Sekali lagi maafkan kami." kini Renjun yang bersuara lirih

Setetes liquid bening tampak jatuh dari kelopak indah milik Haechan. Tapi tak lama Haechan langsung menghapusnya. Dengan tangan yang terkepal kuat, Haechan mencoba terlihat tegar. "Sejak kapan?"

Jeno terkesiap lalu menunduk "Sejak kuliah semester enam. Maaf."

Kalian ingat saat Haechan dan Jeno harus LDR karena si manis berkuliah di luar negeri? Di saat itulah keduanya menjadi dekat. Jeno dan Renjun merupakan teman sekampus, bahkan kelas mereka sama. Keduanya juga sama-sama ditinggalkan kekasih masing-masing untuk menempuh pendidikan di negeri orang. Haechan di Chicago dan Jaemin di Jepang. Kesepian yang melanda keduanya lantas membuat mereka menjadi dekat. Awalnya tak ada perasaan apapun diantara mereka, tapi lambat laun benih cinta itu mulai muncul. Hubungan mereka berkembang jauh hingga pada akhirnya Renjun hamil dan Jeno harus jujur dengan hubungan keduanya.

Jika ditanya apakah ia masih mencintai Haechan? Jawabannya masih. Dan akan terus begitu karena Jeno mencintai keduanya. Tapi dengan kondisi Renjun yang seperti ini, Jeno lebih memilih untuk melepaskan Haechan.

Bugh!

Jeno tersungkur. Sedang Haechan dan Renjun langsung memekik kaget.

Itu Jaemin. Entah darimana datangnya, tapi Jaemin tampak benar-benar marah dan menatap tajam pria bermata sipit itu.

"Ini karena kau telah merebut dan menghamili Renjun." Jaemin berjalan mendekat ke arah Jeno dan menarik kerah kemejanya. Bogeman mentah kembali ia layangkan pada pipi tirus Jeno.

"Dan ini karena kau telah membuat istriku menangis. Brengsek." lanjutnya lalu meludah tepat di muka Jeno

Setelah itu Jaemin langsung menarik pergelangan tangan Haechan dan membawanya pergi dari sana. Haechan tidak protes. Pria manis itu sepertinya masih shock dengan kejadian tadi.

Setibanya di mobil, Haechan hanya diam dan menunduk. Air matanya kini kembali menetes membasahi pipi gembulnya. Sesekali isakannya dapat Jaemin dengar. Jaemin hanya dapat menatap sendu istrinya itu.

"Sudahlah, jangan menangis. Air matamu terlalu berharga untuk pengkhianat seperti dia." ucap Jaemin menenangkan

Bukannya mereda, tangisan Haechan malah semakin keras. Kenangan yang ia lalui bersama Jeno nyatanya hanya akan menjadi kenangan pahit untuknya. Tak pernah ia sangka, selama ini ternyata Jeno telah bermain dibelakangnya. Bahkan hingga membuat Renjun hamil. Haechan merasa seperti orang bodoh.

Jaemin merasa tak tega. Dengan cepat ia meraih tubuh Haechan dan membawanya ke pelukannya. Membiarkan Haechan menangis hingga puas didekapannya. Walau sejujurnya ia pun juga sama. Sama sakitnya.

Jaemin mengernyitkan dahinya saat merasa tubuh Haechan semakin memberat. Lantas ia dorong pelan tubuh Haechan untuk melihat wajahnya. Jaemin tersenyum melihat Haechan yang kini tengah tertidur.

"Lucu." gumamnya

***

Jaemin sedang berada di dapur kini. Ia baru saja selesai membuatkan sup hangat untuk Haechan.

Baru saja membuka pintu kamar, ia sudah disuguhi pemandangan istrinya yang tengah duduk melamun menatap jendela. Membuat Jaemin lagi-lagi menghela nafasnya. Keadaan Haechan yang murung seperti ini benar-benar membuatnya aneh. Jauh lebih baik ketika melihat pria manis itu mengomel tidak jelas daripada begini. Hati Jaemin jadi ikutan menyendu.

"Chan?"

Haechan menoleh dan hanya diam tanpa ekspresi. Kantong matanya tampak membengkak.

Jaemin menghampiri Haechan sambil membawa semangkuk sup "Makan dulu ya, Chan?" ucapnya yang hanya dibalas gelengan pelan

Tak kehilangan akal, Jaemin menyendokkan sup itu dan berniat menyuapi Haechan. Tapi lagi-lagi Haechan menolak.

"Aku tak lapar, Jaem."

Jaemin pasrah dan meletakkan semangkuk sup itu ke atas nakas. Ia lalu berjongkok dihadapan Haechan dan diraihnya dua tangan mungil itu.

"Chan, aku tau kau masih sedih. Melupakan orang yang sangat kau cintai memang tak mudah. Tak akan pernah mudah. Tapi ingat Chan, dia yang memilih untuk pergi. Jangan lagi mengharap seseorang yang tak ingin tinggal. Hatimu hanya akan sakit."

"Dengar.. kau tak sendiri. Kau masih punya aku. Suami mu." Jaemin menatap dalam manik hitam Haechan "Kau butuh tempat untuk bercerita? Aku siap mendengarkan. Kau butuh teman kesana kemari? Bawa aku. Kau ingin mengomel? Omeli saja aku. Dan kalau kau merasa lelah, pundakku bisa kau gunakan. Jangan sedih lagi, hm? Kita mulai semuanya dari awal."

Haechan mengangguk, meski air matanya jatuh lagi. Tapi saat ini air mata yang jatuh adalah air mata kebahagiaan. Hatinya tersentuh dengan ucapan suaminya. Haechan langsung memeluk tubuh Jaemin. Menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Jaemin.

Sedangkan Jaemin, pria itu tersenyum lembut sambil mengusap pelan punggung Haechan.

Haechan merasa keadaan hatinya kini lebih baik dan itu semua berkat Jaemin. Selama beberapa hari ini suaminya mulai mengubah sikapnya. Memperlakukannya jauh lebih baik dan lembut. Bahkan memberinya perhatian. Tak seperti dulu, kini keduanya sudah sedikit terlihat seperti pasangan suami istri sungguhan.

Dan seperti biasa, mereka akan tidur bersama. Jika biasanya Jaemin akan memeluk Haechan dari arah belakang, kini wajah Haechan menghadap tepat di dada bidang milik Jaemin.

"Chan?"

Haechan yang sudah menutup kelopak matanya hanya berdehem sebagai balasan.

"Bikin baby yuk?" bisik Jaemin dengan suara rendah

Sontak Haechan membuka kelopak matanya terkejut. Pipi hingga kupingnya kini memerah begitu saja. Apalagi menatap wajah seduktif suaminya yang semakin mendekat dan terus mendekat.

"Mesum!" Haechan menabok pelan wajah Jaemin, lalu berbalik memunggungi Jaemin

"Hey, hey, aku suami mu tau." protes Jaemin sambil bangun. Tapi tak lama ia malah terkekeh. Menyadari jika istrinya tengah menahan malu. Ia lalu kembali berbaring dan memeluk tubuh si manis seperti biasanya. Jaemin mengecup sebentar leher jenjang Haechan, lalu ikut memejamkan matanya.

Yah, untuk saat ini ia akan mengalah dulu.


End.


Gimana lanjutannya? Maaf yaa kalau misal engga sesuai ekspektasi kalian huee ㅠㅠ

Btw kalian lebih suka pairnya anak Dream aja atau sama anggota NCT lainnya juga?

Haechan dan dunianya [Oneshot] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang