Pagi itu di sebuah rumah yang cukup besar, terdengar kegaduhan disalah satu sudut ruangnya.
"Mom, Dad, Echan berangkat dulu!" teriaknya sambil mencium pipi kedua orang tuanya
"Abangnya engga nih?" ucap Hendery sambil menyodorkan pipi kanannya
"Gamau wlek!" Haechan menjulurkan lidahnya
"Okeee berangkatlah sendiri." rajuk Hendery
"Ck!" Haechan berdecih kesal, lantas segera mencium pipi hyungnya dengan sedikit tidak ikhlas "Sudah!"
Si pemuda bersurai merah jambu itu pun langsung mengembangkan senyumnya "Nah, ayo."
Keduanya pergi setelah berpamitan. Tak butuh lama untuk keduanya sampai di sebuah gedung berwarna cokelat bata tempat mereka mengenyam pendidikan. Sesampainya di parkiran, Haechan berpisah dengan hyungnya karena fakultas mereka yang berbeda.
Bruk!
Haechan terjatuh begitu tak sengaja tubuh seseorang menabraknya dengan kencang.
"Maafkan aku, kau tak apa?" ucap orang itu sambil mengulurkan tangan mencoba membantu Haechan berdiri yang lantas disambut oleh Haechan
"Ah, aku tak ap-" ucapan Haechan terhenti begitu menyadari sosok yang tengah berdiri di depannya. Tubuhnya lantas membeku begitu saja.
"Hae-haechana?" ucap pria itu sama kagetnya "Haechan.."
Haechan langsung memundurkan tubuhnya begitu pria itu hendak memegang pundaknya, membuat si pria hanya bisa menatapnya sendu. Haechan terus menunduk. Tak mau jika dirinya bertemu tatap dengan pria didepannya ini. Jari tangannya saling bertaut. "Maaf aku harus pergi. Dan terima kasih." ucap Haechan, lalu ia segera pergi. Meninggalkan pria beralis camar yang tadi menabraknya.
Sesampainya di kelas, Haechan membenamkan wajahnya pada lipatan kedua lengannya. Dalam hati ia memaki, dari banyaknya sudut kampus, mengapa ia harus bertemu kembali dengannya? Iya dia. Mark. Pembawa bahagia sekaligus luka terbesar untuknya.
Semenjak kejadian tempo hari, entah mengapa Mark selalu muncul disekitar Haechan. Seperti saat ini misalnya.
Baru keluar kelas, Haechan sudah disambut kehadiran pemuda beralis camar itu di depan kelas. Entah apa tujuannya. Haechan berusaha menghindar dengan menggandeng lengan Jeno dan berpura-pura tidak melihatnya. "Jen, aku pulang denganmu ya."
Mark yang melihat itu hanya dapat terdiam. Sepertinya Haechannya sudah memiliki tambatan hati baru. Mark melangkahkan kakinya pergi, urung niatnya menghampiri si manis.
Di sisi lain, Haechan terdiam di sebuah mobil fortuner SUV yang tengah melaju dengan kecepatan sedang. Haechan terus memandangi kaca disampingnya, mengabaikan pria bermata sipit yang sesekali mencuri pandang padanya. "Kau memikirkannya?" tanyanya
Haechan mengalihkan atensinya, menatap Jeno dengan dahi yang berkerut.
"Mark. Aku melihatnya didepan kelas tadi. Kau menghindarinya kan?" ucap Jeno to the point tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan di depan. Haechan membulatkan bola matanya terkejut. Rupanya Jeno tau.
Jeno terkekeh melihat keterdiaman Haechan "Aku tau kau masih belum melupakannya, Chan. Tak ingin berbicara dengannya?"
"U-untuk apa. Tak penting." ucap Haechan
"Yakin? Kau tak ingin mendengar alasannya dulu?"
Haechan menyandarkan tubuhnya, lalu membuang pandangannya ke samping. Kembali melihat jalanan. "Itu sudah lewat, Jen. Bagiku.. dia hanya masa lalu." ucapnya melirih
KAMU SEDANG MEMBACA
Haechan dan dunianya [Oneshot]
RomansaKumpulan cerita yang inspirasinya datang tiba-tiba. Bisa Markhyuck, Nohyuck, Nahyuck, Hyuckren ataupun lainnya. Tergantung kecocokan >.< Bxb! Jangan salah lapak!