Gadis bernama Sita menyandarkan punggungnya di dinding lorong sekolah yang sepi. Bersamanya ada Moria, sedang asyik memutar-mutar ponsel sambil menunggu korban baru yang bisa ia ganggu. Moria tidak akan pernah merasa tenang sebelum ia mem-bully seseorang.
Namun, Sita punya misi lain yang jauh lebih penting daripada ikut campur urusan Moria hari ini. Ia ingin mendekati Rian, cowok yang selama ini diam-diam ia sukai.
“Lo yakin dia bakal suka sama lo?” tanya Moria sambil memainkan rambutnya. “Rian 'kan tipe cowok baik-baik, Sit. Dia gak bakal mau deket sama cewek kayak kita.”
Sita mendengus. “Gue tahu cara deketin dia. Lagian, lo pikir kenapa gue selalu biarin lo ganggu Resya? Biar dia sadar kalau gue jauh lebih pantas daripada cewek sok polos itu.”
Moria tertawa kecil, tetapi sebelum sempat membalas, langkah kaki terdengar mendekat. Rian muncul dari balik koridor, matanya langsung menyipit begitu melihat mereka.
“Kalian ganggu Resya lagi, ya?”
Sita tersenyum miring, mencoba meredam rasa gugupnya. “Santai aja, Rian. Gue gak ada urusan sama dia sekarang.”
Rian menghela napas, jelas tidak percaya. Dia berjalan melewati mereka tanpa menoleh lagi. Namun, Sita tidak menyerah begitu saja. Ia mengejar langkah Rian, meninggalkan Moria yang masih berdiri di tempatnya.
“Rian, tunggu dong,” panggil Sita. Ia berhasil mengejar lelaki itu di taman belakang sekolah. “Gue cuma mau ngobrol.”
Rian menoleh, tatapannya penuh kewaspadaan. “Ngobrol soal apa? Lo gak capek gangguin gue terus?”
Sita mencoba tersenyum, meski dalam hati dia merasa tertantang. “Lo salah paham, gue gak gangguin lo. Gue cuma mau tahu .…” Dia berhenti sejenak, menatap lurus ke matanya. “Lo suka sama Resya, ya?”
Rian terlihat kaget. Wajahnya sedikit memerah, tetapi dia buru-buru mengalihkan pandangan. “Itu bukan urusan lo.”
Sita mendekat selangkah. “Itu urusan gue kalau dia alasan lo selalu ngejauh dari gue.”
Rian mengangkat alis, kini balas menatapnya dengan tatapan tajam. “Resya gak salah dalam hal ini. Gue ngejauh karena lo dan geng lo gak pernah berhenti gangguin dia. Resya gak pernah salah sama lo, tapi lo tetap cari masalah sama dia. Kalau lo mau tahu perasaan gue, itu jawabannya. Ya, gue sayang sama Resya. Gue gak mau dia terluka.”
Kata-kata Rian menusuk seperti belati. Sita terdiam, tetapi sebelum ia bisa membalas, suara langkah pelan terdengar dari balik semak-semak.
Resya muncul dari sana. Matanya membulat, wajahnya memucat seperti baru saja mendengar sesuatu yang tidak seharusnya.
“Resya .…” Rian memanggilnya, jelas merasa bersalah.
Resya menggelengkan kepalanya pelan, matanya berganti-ganti memandang Sita dan Rian. “Jadi … itu yang sebenarnya, Rian?” suaranya bergetar.
Rian mencoba mendekat, tetapi Resya mundur selangkah. “Gue gak mau jadi alasan lo bertengkar sama siapa pun, termasuk Sita. Kalau lo punya perasaan ke gue, gue cuma bisa bilang maaf. Gue gak pernah anggap lo lebih dari teman.”
Resya lalu berbalik, meninggalkan mereka tanpa berkata apa-apa lagi.
Sisa sore itu berlalu dalam keheningan. Sita memandangi Rian yang tampak kehilangan arah. Dalam hati, ia tahu Rian tidak pernah bisa ia miliki, dan meski ia enggan mengakuinya, mungkin Moria benar. Cowok seperti Rian tidak akan pernah memilih cewek seperti dirinya.
***
Siang itu, suasana sekolah terasa lebih riuh dari biasanya. Bisik-bisik tentang murid baru yang katanya ramah dan memesona menyebar dengan cepat, membuat semua orang penasaran. Salsa duduk di dalam kelas, memandang ke luar jendela, mencoba mengabaikan kegaduhan yang ada di sekitarnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/288491093-288-k576000.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Innocent Girl (Salsa)
Kurgu OlmayanTak disangka, gadis cantik dan kaya raya yang cukup populer di sekolah, hidupnya berubah setelah tuduhan pembunuhan ditujukan kepadanya. Kesalahan di masa lalu membuat dirinya merasa buruk dan mengalami masalah pada citra diri. Misteri dari tragedi...