"Gue aja, ya, yang bayar. Lo udah sering"
"Yakin lo?"
"Iya, kayanya udah jarang gue bayarin lo," ucap pria dengan seragam pilot milik maskapai Elang Indonesia.
Tak lupa dengan kacamata hitam yang tergantung di hidung. Ia langsung menghabiskan minuman yang ada di hadapannya.
Pria sepantaran di sebelahnya menarik senyum lebar. "Oke, deh, kalau gitu. Thanks, ya, Yan," ucapnya kepada sang sahabat, bernama Aryan Adiguna.
"Santai, Han. Kayak ke siapa aja lo," ucap Aryan melepas kacamata.
"Eh, gue ke toilet dulu, ya," ucap pria bernama Farhan.
"Iya-iya"
Ia adalah sahabat karib Aryan sejak duduk di bangku SMA. Aryan yang merupakan pria asli Yogyakarta, pada saat itu harus pindah sementara ke Jakarta karena sang ayah melanjutkan studi magister disana.
Aryan berjalan menuju kasir untuk membayar pesanan mereka. Tepat di hadapannya, seorang wanita yang sedang giliran membayar pesanan.
Kini giliran Aryan membayar pesanannya di kasir. Ia mengeluarkan dua lembar uang seratus ribu rupiah untuk membayarnya.
Saat hendak memasukkan dompetnya kembali ke saku, ia melihat selembar uang lima puluh ribu rupiah di lantai. Ia mengambil uang tersebut tanpa pikir panjang.
"Ini uang cewek tadi kayaknya," ucap Aryan. Ia teringat, ada seorang wanita yang membayar sebelum dirinya.
Bergegas ia keluar dari kafe itu untuk mencari wanita tersebut. "Apa itu, ya? Yang pake blazer cokelat," ucapnya bermonolog.
Pasalnya ia melihat seorang wanita dengan blazer cokelat sedang menunggu jemputan. Ia bergegas mendatangi wanita tersebut.
"Mba, maaf, ini uang Mba, ya, kayaknya? Tadi jatuh di depan kasir mungkin," ucap Aryan. Pria itu bahkan tidak memanggil wanita di depannya terlebih dahulu.
Wanita itu menoleh ke arah Aryan. Matanya tertuju pada selembar uang kertas berwarna biru itu. Ia bergegas membuka dompetnya di dalam tas. "Oh, iya, Mas. Jatuh di kasir, ya?" ucapnya.
Aryan mengangguk yakin. "Ini uangnya," ucapnya menyerahkan uang tersebut.
"Terimakasih, ya, Mas," ucap wanita itu sambil menerima uang.
"Sama-sama," balas Aryan.
Farhan dari kejauhan sudah memanggil Aryan. Namun pria berdarah Jawa itu memilih mengabaikannya. Tanpa pikir panjang, Farhan segera berlari menghampiri sahabatnya.
"Lo punya pacar nggak ngabarin gue, Yan?" tanya Farhan saat melihat interaksi sahabatnya dengan seorang wanita cantik.
Aryan menggeleng. "Apaan, sih, lo? Ngembaliin duit woi," ucapnya sedikit dengan penegasan, berusaha menutupi gugupnya.
"Kirain, punya pacar," balas Farhan.
"Cantik, namanya siapa? Udah punya pacar belum? Ini temen saya, Aryan, jomblo, nih," ucap Farhan membuat wanita berambut pendek itu menoleh.
Aryan menautkan alisnya, menandakan ia tak nyaman dengan pernyataan itu. "Jangan bikin gue malu, deh, lo," balasnya.
"Kayaknya, sih, udah punya pacar, bener nggak?" tanya Farhan. Lagi dan lagi, membuat Aryan malu rasanya. Sahabatnya itu seperti sudah tidak punya rasa malu.
"Alhamdulillah, sudah," balas wanita itu dengan senyuman di akhir. "Kalau nama, panggil aja Aura"
Farhan menyenggol tangan kiri Aryan berusaha menggoda sahabatnya dengan wanita itu. "Udah punya pacar, Yan. Coba lagi nanti, ya, bro"
"Mau gue anter pulang nggak lo? Cepet!" ucap Aryan. Ia juga segera meninggalkan Farhan, menuju ke tempat mobil diparkir.
Dalam perjalanan pulang, Aryan tampaknya sedikit kesal dan malu dengan tingkah laku sahabatnya. Sehingga ia mengendarai mobil tersebut dengan kecepatan tinggi.
"Yaudah gue minta maaf, ya, Yan. Gue, kan, cuma usaha ngenalin lo sama cewek," ucap Farhan.
Pria bernama Aryan, menoleh singkat. "Nggak gitu caranya, Han. Gue malu," ucap Aryan.
"Iya, gue minta maaf"
"Cantik juga, ya, Yan, cewek tadi. Pantes, sih, udah punya pawang," sambungnya.
Aryan melirik kepada sahabatnya yang berprofesi sebagai pilot juga, hanya berbeda maskapai saja. "Semua cewek emang cantik," ucapnya.
Farhan menggelengkan kepalanya. Sungguh ia tak percaya jawabannya seperti itu. Padahal, menurutnya wanita bernama Aura yang dijumpai di kafe tersebut sudah masuk dalam kategori cantik.
"Woy, lo normal, kan?" tanya Farhan.
Aryan mengangguk. "Gue normal, di mata gue sekarang, yang cantik cuma ibu sama adek gue," ucapnya.
Tidak salah juga ucapan Aryan. Ibu dan adik perempuan adalah wanita tercantik menurutnya, sampai saat ini sebelum ia menemukan seorang wanita yang akan menjadi istrinya.
"Sampai detik ini, gue belum bisa kembali tertarik pada wanita" ucap Aryan dalam benaknya.
Kejadian kurang lebih tiga tahun lalu, membuat Aryan semakin malas menjalin hubungan dengan perempuan. Perselingkuhan pacarnya dahulu, memberikan efek besar kepada Aryan dan bahkan ia berpikir untuk tidak akan menikah.
Haii hai
Aku dateng lagi dengan cerita baru yang masih fresh. Semoga pada suka ya
Jangan lupa vote dan komen nya untuk dukung aku dan ceritaku. Terimakasih semuanya🙌🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
One Of My Stars
Romance"Sampai detik ini, gue belum bisa kembali tertarik pada wanita" ucap Aryan dalam benaknya. Diselingkuhi menjadi kejadian yang membuat seorang pilot tampan trauma dalam dunia percintaan. Bahkan, pria bernama Aryan itu selalu berpikir untuk tidak meni...