Aryan telah tiba di Yogyakarta sejak dua hari yang lalu. Ia memutuskan untuk menghabiskan waktu liburnya kali ini di rumah kedua orang tuanya. Lagipula, kesempatan seperti ini jarang ia dapatkan, terutama sejak ia mulai bekerja sebagai pilot.
Saat matahari belum menunjukkan keberadaannya di ufuk timur, Aryan sudah menuju ke sebuah taman yang tak jauh dari rumahnya untuk melakukan olahraga favoritnya, yaitu berlari. Udara pagi yang segar dan ketenangan taman menambah semangatnya, seolah menyambut kedatangannya di kota yang penuh kenangan ini.
Usai menuntaskan larinya sejauh sepuluh kilometer, Aryan memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon rindang yang menawarkan naungan sejuk. Saat ia baru saja hendak meluruskan kakinya yang letih, bunyi notifikasi yang kencang memecah keheningan pagi. Aryan segera meraih ponselnya dari saku.
Ia tersenyum saat membaca notifikasi yang muncul di layar kunci ponselnya. Pesan itu berasal dari Aura. Sebelum memutuskan untuk duduk di bawah pohon yang rindang, Aryan sempat memotret keindahan taman dan mengirimkannya kepada Aura. Kini, balasan dari Aura menghiasi paginya, membawa kehangatan yang melengkapi suasana sejuk taman.
Aura
Oh, itu di Jogja? Seru banget, rame
lapangannya buat olahragaKapan-kapan aku ke sana, deh
Aryan
Kalau kamu ke sini pas saya di sini,
saya ajak kamu ke taman iniKalau enggak, saya shareloc aja
lokasinyaSetelah membalas pesan itu, langkah Aryan ringan seperti tarian diiringi oleh angin pagi yang lembut. Setelah tujuh menit perjalanan singkat, ia akhirnya tiba di depan rumah yang sudah menginjak usia dua puluh tahun. Cahaya pagi yang perlahan menyinari atap genting dan dinding kayu rumah itu, menciptakan bayangan yang menawan di halaman depan.
"Wes bali, Mas?" tanya Amrullah yang sedang sibuk dengan tanaman bersama sang istri.
"Lho, ayah jarene arep mangkat ke kafe, ora sido?" tanya Aryan, mengacu pada rencana sebelumnya ketika ayahnya hendak berangkat ke kafe yang dikelola oleh pria paruh baya itu.
"Lho, ayah katanya mau berangkat ke kafe, ngga jadi?""Esih kegasiken," ucap Amrullah.
"Masih kepagian""Eh, Nang. Tadi ibu ketemu Tania di pasar bareng ibunya juga, dia pulang juga kayak kamu," ucap Kirana, istri Amrullah, sambil menyambut kedatangan Aryan dengan senyuman hangat.
"Oh, ya? Aryan baru tau, Bu," ucap Aryan.
"Oiya, dia juga bilang, jarene kamu punya cewek, ya, di Jakarta?" tanya Kirana.
Amrullah, yang sebelumnya tenggelam dalam konsentrasinya terhadap tanaman di depannya, tiba-tiba menoleh ke arah Aryan. Sementara itu, Aryan, dengan alis yang sedikit berkerut, mempertimbangkan kata-kata yang diucap ibunya. Siapa sebenarnya perempuan yang dimaksud Tania? Pertanyaan itu menggelinding di kepalanya, mengundang keraguan di dalam benaknya.
"Siapa, ya, yang dimaksud Tania? Apa mungkin Aura?"
Entah mengapa, pikirannya kemudian terarah pada Aura. Aryan akhir-akhir ini sering bertemu dengan wanita itu di rumah sakit. Aura, dengan senyum hangat dan kehadiran yang menenangkan, sering kali menjadi fokus perhatiannya di tengah kesibukan di rumah sakit. Pertemuan mereka terjalin dalam momen-momen singkat yang penuh makna, meskipun hubungan mereka belum begitu dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Of My Stars
Romance"Sampai detik ini, gue belum bisa kembali tertarik pada wanita" ucap Aryan dalam benaknya. Diselingkuhi menjadi kejadian yang membuat seorang pilot tampan trauma dalam dunia percintaan. Bahkan, pria bernama Aryan itu selalu berpikir untuk tidak meni...