Pagi menyapa Aryan dengan hangatnya sinar mentari yang menembus jendela apartemennya. Setelah menyelesaikan rutinitas olahraga pagi yang mengasyikkan, Aryan kembali ke apartemennya yang nyaman. Dengan napas terengah-engah setelah menempuh lima belas kilometer, ia melepas sepatu larinya dengan hati-hati, menata mereka dengan rapi di dekat pintu.
Namun, sebelum ia bisa memasuki kamar mandi untuk menyegarkan diri, ponselnya tiba-tiba berdering kencang. Aryan sedikit terkejut; siapa yang bisa menelponnya begitu pagi?
Dengan hati berdebar, Aryan mengambil ponsel tersebut. Namun, bukan panggilan dari nomor yang tidak dikenal, melainkan panggilan dari kontak yang bernama 'Ibu'. Seteguk udara terhembus dari dadanya, lega bahwa panggilan tersebut berasal dari ibunya.
Namun, pikirannya segera teringat akan pengalaman dua bulan lalu, ketika ayahnya masuk rumah sakit. Ia berharap dengan segala yang ia punya bahwa panggilan pagi ini bukanlah kabar yang tidak menyenangkan mengenai kesehatan ayahnya.
"Assalamualaikum, Bu," Aryan mengawali telepon.
"Ya, waalaikumsalam, nang. Wis tangi koe?"
"Wis awit mau, Bu. Ana apa?" tanya Aryan.
"Ibu hari Minggu ngirim paket, jajanan buat kamu, wis suwe ora ngirim. Anu kayane nyampe hari ini, nang"
Ibu Aryan memang kerap mengirimi sang anak makanan ringan dari Yogyakarta maupun Purwokerto. Aryan juga senang menerima kiriman sang ibu, terlebih jajanan dari Purwokerto, yang merupakan favoritnya sejak kecil.
"Ooh iya, Bu. Makasih, Bu, wis dikirimi jajan," ucap Aryan berterimakasih kepada ibunya.
"Tapi itu ada yang buat Tania. Kamu anterin, ya, nang"
"Loh? Tumben, Bu," ucap Aryan kaget. Pasalnya belum pernah sang ibu memberi Tania saat mengirimkan makanan untuknya.
"Sebelum ibu ngirim paket e, Bu Endah main kesini, ngasih lumpia dari Semarang. Pas ibu arep ngasih makanan, Bu Endah ora gelem. Jadi kasih ke Tania aja"
"Ooh, ya, wis, Bu. Ntar tak anter," balas Aryan.
"Ya, wis. Assalamualaikum"
Setelah percakapan singkat dengan ibunya berakhir, Aryan merasa lega karena semua tampak baik-baik saja. Dengan langkah mantap, Aryan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri setelah sesi olahraga yang melelahkan. Air hangat dari shower menyegarkan tubuhnya, meredakan ketegangan dan kelelahan setelah berlari lima belas kilometer.
Saat siang telah tiba, Aryan memutuskan untuk turun ke lobby apartemen. Ia tahu bahwa biasanya paket yang diterima penghuni apartemen akan diletakkan di meja informasi di lobby. Namun, kadang-kadang ada beberapa paket yang harus diambil secara langsung oleh pemiliknya.
Tiba di lobby, Aryan melihat sekeliling mencari meja informasi tempat paket biasanya diletakkan. Ia memperhatikan setiap sudut dengan cermat, berharap menemukan paket yang ia tunggu-tunggu. Ia segera mengambil paket tersebut.
Tanpa ragu, Aryan bergegas menuju ke basement apartemen. Di sana, ia memiliki mobil Pajero Sport yang jarang digunakan untuk pergi ke bandara. Dalam perjalanan menuju basement, pikirannya melayang ke momen-momen ketika mobil itu menjadi kendaraan yang setia menemani perjalanan-perjalanan pentingnya.
Sesampainya di basement, Aryan melihat mobil Pajero Sport-nya terparkir dengan kokoh. Ia melangkah menuju mobil tersebut dengan langkah mantap, merasa sedikit terharu melihat kendaraannya yang selalu siap sedia untuk melayaninya.
Membuka pintu mobil dengan penuh perasaan, Aryan merasa senang bisa menggunakan mobilnya lagi, meskipun hanya untuk perjalanan singkat kali ini.
Saat Aryan memasuki mobilnya, pikirannya mulai melayang ke tujuan berikutnya, apartemen Tania yang tak jauh dari RS City Premiere.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Of My Stars
Romance"Sampai detik ini, gue belum bisa kembali tertarik pada wanita" ucap Aryan dalam benaknya. Diselingkuhi menjadi kejadian yang membuat seorang pilot tampan trauma dalam dunia percintaan. Bahkan, pria bernama Aryan itu selalu berpikir untuk tidak meni...