Hai-hai..
Balik lagi, hehe, lama ya hiatusnya
Sebenernya part ini udah lama ada di draf, belum sempet publish aja
Kalau lupa, bisa dibaca lagi bab sebelumnya
Enjoy guys---
Di tengah apartemen yang tenang, sebuah koper hitam terbuka di atas ranjang Aryan. Dalam cahaya lembut yang menyusup dari jendela, Aryan sibuk membereskan barang-barang yang akan dibawanya untuk penerbangan hari ini. Hari ini, ia akan terbang ke Banjarbaru dan Padang, sebuah perjalanan yang membutuhkan persiapan ekstra karena mengharuskannya menginap semalam di Padang sebelum kembali ke Jakarta.
Dengan teliti, Aryan menata pakaian-pakaian dan perlengkapan lainnya ke dalam koper, memastikan semuanya tersusun rapi dan terorganisir dengan baik. Ia tidak ingin ada yang tertinggal atau terlupakan selama perjalanan kali ini, terutama karena akan menginap di tempat yang berbeda.
Dalam keheningan apartemennya, Aryan merasakan sebuah perasaan yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Ia merasa jenuh, kelelahan dari rutinitas yang monoton dan tak berubah. Keseharian dan pekerjaannya terasa seperti telah menjadi siklus yang terus berulang, tanpa adanya kejutan atau hal baru yang menarik.
Di tengah-tengah kebosanan itu, terkadang ia merasa rindu akan kehangatan keluarganya. Pekerjaan yang sibuk dan jadwal yang padat membuatnya jarang memiliki waktu untuk bersama dengan orang-orang yang dicintainya. Ia merindukan momen-momen bersama keluarga, saat mereka tertawa, berbagi cerita, dan saling mendukung satu sama lain.
Setelah selesai membereskan koper, saatnya Aryan memakai seragam pilotnya. Dengan penuh keahlian, ia mengenakan setiap bagian dari seragam tersebut dengan teliti. Mulai dari dasi yang diperiksa agar terikat dengan rapi, sabuk yang dipasang dengan presisi, hingga bar kapten yang dipasang dengan bangga di kedua bahuku.
Aryan memastikan setiap detail dari seragamnya tampak sempurna, mencerminkan profesionalisme dan dedikasinya terhadap profesi yang diembannya. Setiap gerakan yang dilakukannya terasa seperti tarian yang berirama, menggambarkan keahlian dan kebanggaannya sebagai seorang pilot.
Setelah seragamnya terpasang dengan sempurna, Aryan tidak lupa untuk mengambil ID Card seorang pilot. Kartu tersebut merupakan identitasnya di dunia penerbangan, menegaskan status dan tanggung jawabnya sebagai seorang pilot yang bertanggung jawab.
Dengan seragam lengkap dan ID Card di tangan, Aryan merasa siap untuk menghadapi perjalanan yang menantang. Ia melihat dirinya di cermin, memastikan bahwa ia tampak percaya diri dan profesional.
Seragamnya yang sudah rapi dan koper hitam yang telah siap, Aryan memutuskan turun dari apartemennya. Ia menunggu di lobi, siap untuk pergi ke bandara. Meskipun ia memiliki mobil sendiri, namun ia jarang menggunakan mobil itu untuk pergi ke bandara, terutama jika perjalanannya membutuhkan menginap beberapa malam.
Sebagai gantinya, Aryan lebih memilih untuk menggunakan taksi online. Selain lebih praktis dan nyaman, ini juga memberinya kesempatan untuk bersantai dan bersiap-siap untuk perjalanan yang akan datang tanpa harus khawatir tentang parkir atau menghadapi lalu lintas yang padat.
Saat taksi online pesanannya tiba, Aryan mengangkat koper hitamnya dan masuk ke dalam taksi dengan mantap. Ia merasa siap untuk menghadapi perjalanan yang menantang, dengan harapan bahwa semuanya akan berjalan lancar.
Aryan tiba di bandara, berjalan dengan gagahnya. Ia memancarkan aura kepercayaan diri, sesuai dengan citra seorang pilot yang profesional. Kacamata hitam yang dipakainya menambah kesan yang khas dan menambah kegagahan penampilannya.
Setelah melalui pengecekan dokumen sebelum terbang dengan lancar, Aryan bersama dengan pramugari yang akan terbang bersamanya berjalan menuju pesawatnya. Mereka berdua membawa diri dengan sikap yang tenang dan penuh profesionalisme, siap untuk melaksanakan tugas mereka dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Of My Stars
Romance"Sampai detik ini, gue belum bisa kembali tertarik pada wanita" ucap Aryan dalam benaknya. Diselingkuhi menjadi kejadian yang membuat seorang pilot tampan trauma dalam dunia percintaan. Bahkan, pria bernama Aryan itu selalu berpikir untuk tidak meni...