Part:2

40.3K 3.6K 116
                                    

Vote and comment juseyo...
...

Selama seminggu lamanya Alfanza di kurung di ruang bawah tanah, tiba-tiba saja Robi menarik tangannya keluar dari sana dan mendorongnya tepat di ruang keluarga, dimana semua keluarganya sudah berkumpul, kecuali Prince dan Roni yang sedang tidur di kamarnya.

"Aiss" Alfanza meringis kesakitan ketika Fikri menjambak rambutnya sehingga membuat dia mendongak dan melihat tatapan tajam dari Fikri.

"Kamu beruntung masih bisa bernafas sampai sekarang, sampah seperti kamu seharusnya tau tempatnya"

"Bisa-bisanya kamu berfikir bisa jadi pangeran di sini karena kami berlaku baik sama kamu"

"Seharusnya kamu sadar diri" ujar Fikri tajam tapi dibalas senyuman tipis oleh Alfanza.

"Anda bisa membuang sampah ini, karena sudah tidak berguna sekarang lagi tuan" ucap Alfanza tersenyum, membuat Fikri tertekun dan melempar Alfanza supaya menjauhinya.

Alfanza terkekeh pelan dan duduk bersila dilantai itu menatap semua yang ada di sana dengan tatapan sayu.

"Boleh kah saya bertanya sesuatu?" Tanya Alfanza santai, tidak ada raut wajah ketakutan dan kesakitan yang ditampilkannya.

"Selama saya di pungut di sini, apa kalian pernah menyayangi saya dengan tulus?" Tanya Alfanza membuat mereka diam, menahan amarah yang bergejolak di hati mereka.

"Kalian diam ya haha, sudah jelas kalau kalian tidak pernah menyayangi saya setulus itu"

"Kalian hanya menganggap saya boneka sebagai pengganti bungsu kalian itu kan" teriak Alfanza dan menghela nafasnya kasar.

"Saya tau, saya tau betul karena pernah tak sengaja mendengarnya langsung" ucap Alfanza dan berusaha berdiri.

"Saya hanya diam, berpikir kalau kalian baru saja kehilangan putra bungsu kalian dan mengadopsi seorang anak untuk menggantikan putra kalian"

"Tapi ternyata saya memang hanya sampah dan dibuang saat tidak digunakan lagi haha" tawa Alfanza terdengar hambar dan menyakitkan.

"Ohh kamu tau tentang itu" ujar Fikri tersenyum smirk.

"Tapi kenapa hanya diam hmm, seharusnya sejak saat itu kamu sadar, dan merasa sakit hati"

"Kenapa tidak pergi saja" ujar Fikri menatap Alfanza remeh.

"Ahh ya saya lupa, kamu kan memang haus akan kasih sayang sampai menahan semua itu, padahal sudah tau palsu" sinis Fikri dan menatap Alfanza tajam membuat Xavier dan Robi kaget mendengar ucapan daddynya itu.

"Maksudnya apa daddy?" Geram Xavier tidak habis pikir dengan daddynya itu.

"Kenapa kalian tampak kaget, bukannya seharusnya kalian tau itu?"

"Kalau dia hanya sampah yang mengisi kekosongan tempat Prince selama ini" ucap Alya istrinya Fikri

"Jangan bilang kalau kalian benar-benar menyayanginya" lanjut Alya menatap kedua putranya yang tampak diam menatap mereka dengan ekspresi yang berbeda.

"Ternyata kalian keterlaluan ya, Vier nggak habis pikir sama sekali " ujar Xaveir kecewa menatap orang tuanya itu.

Bagaimanapun dia masih mempunyai hati, dia bisa merasakan bagaimana jadi Alfanza selama ini, mengingat Alfanza dulu sering menceritakan bagaimana kehidupannya di panti asuhan.

Tapi kedua orang tuanya hanya memberikan harapan palsu pada pemuda yang sudah dia anggap adeknya itu, sebelum dia dikecewakan dengan perlakuan Alfanza selama setahun terakhir.

Pemuda yang ceria itu, pasti mempunyai alasan kenapa dia berbuat jahat seperti itu. Seharusnya dia mendengar penjelasan dari sudut pandang Alfanza, sebelum menghakimi Alfanza.

I'm Fine (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang