Part:38

19.5K 2.2K 129
                                    

Vote and comment juseyo...
....

Lio sedang bersenandung ria, membersihkan motornya yang baru sekali dia pakai itu.

Dan karena besok Lio dan si kembar juga sudah mulai sekolah kembali, makanya Lio hari ini sangat bersemangat menjalani harinya.

Untuk Rara sendiri, kata Alex operasinya sudah berjalan lancar tapi sekarang masih dalam keadaan koma.

Lio juga tidak terlalu peduli, yang penting dirinya tidak dalam bahaya lagi dan dia bebas menikmati masa remajanya yang tidak bisa dia nikmati sebagai Rasya dulu.

"Kamu keliatannya senang sekali?" ujar Daniel datang tiba-tiba, membuat Lio mengelus dada karena kaget.

"Kakek kenapa selalu ada dimana saja?" Heran Lio.

"Ini mansion saya, terserah saya mau dimana saja" ujar Daniel, Lio hanya mengangkat bahunya acuh, karena tidak mau lagi membuat kakek gila itu marah.

Mengingat kejadian 2 hari lalu, Lio harus bermalaman di kandang singa peliharaan Alex. Untung saja dia masih hidup sampai sekarang.

Tapi masalahnya, kakek gila itu juga memperlakukannya seperti hewan peliharaan. Lehernya di rantai dan tidak bisa berlari jauh ketika singa itu mendekatinya.

Membayangkannya saja Lio masih merasa trauma sampai sekarang. Untung saja ada Alex, Rendi dan Arsya menemaninya di sana walaupun di luar kandang.

Setidaknya Alex bisa menenangkan singa itu ketika dia ingin menerkam Lio.

Dan juga Gara-gara kejadian itu, mereka tidak bisa tidur dengan tenang dan akhirnya memilih bergadang semalaman sambil bercerita. Dengan Alex membangun tenda kemah di sana dan menghidupi api unggun.

Yah malam itu sebenarnya juga tidak begitu buruk, mereka menghabiskan malam bersama dengan sekalian berkemah bersama.

Walaupun Lio sendiri berbeda, karena dirinya terjebak di dalam kandang, tapi dia tetap merasa senang.

"Masakan kamu enak" ucap Daniel, membuat Lio menghentikan aktifitasnya.

"Jadi saya sudah mendapatkan pengakuan nih?" Ujar Lio menatap Daniel berbinar.

Dia tidak takut lagi dengan Daniel, karena yang dia perhatikan selama 3 hari bersama Daniel.

Daniel akan bersikap biasa saja kalau seseorang juga bersikap biasa padanya, walaupun nada bicaranya masih datar.

Tapi dia akan menyeramkan kalau lawannya menatap takut padanya. Dia seperti mendapatkan mainan, dan semakin menekan seseorang tersebut supaya semakin takut padanya.

Makanya Lio berusaha bersikap biasa saja, walaupun sebenarnya dia tetap hati-hati supaya tidak membuat Daniel marah.

"Siapa yang bilang?" Ujar Daniel

"Itu kakek muji saya"

"Pengakuan yang saya maksud, setidaknya kamu mendapatkan keuntungan atau penghargaan dari keahlian kamu"

"Hmm berarti itu udah dong" ucap Lio berdiri dan membasuh tangannya yang terdapat sabun.

"Saya sudah mendapatkan keuntungan dari keahlian saya" ucap Lio dengan senyum penuh arti.

"Jangan banggakan cafe kecil itu" ujar Daniel seakan tau apa yang dimaksud oleh Lio.

"Kakek jangan remehin kafe kecil milik kami ya, walaupun Cafenya kecil tapi pendapatannya setara sama restorant mewah" ujar Lio dengan senyum kemenangan.

"Cuma 7% dari pendapatan saya" ujar Daniel membuat Alfanza diam, kalau dibandingin dengan pendapatan kakeknya itu, dia sudah pasti kalah jauh banget.

"Yahh pokoknya itu, tapi dengan adanya Cafe itu seharusnya udah bisa memenuhi syarat kedua" ujar Lio

I'm Fine (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang