Part:30

25.1K 2.3K 103
                                    

Vote and comment juseyo..
...

Arsya berjalan mondar mandir di depan Rendi, membuat Rendi jengah dan menahan tangan Arsya supaya berhenti.

"Lo bisa duduk tenang nggak sih, gue yang makin pusing liat lo mondar mandir gitu" kesal Rendi. Dia juga panik, tapi dia berusaha tenang karena dia yakin daddynya sudah mengatasi masalah ini.

Untung saja, dia membawa ponselnya tadi. Kalau tidak, entah bagaimana mereka sekarang, pasti mereka semakin panik karena tidak bisa melakukan apapun selama mereka terkurung di balik jeruji besi itu.

"Gimana bisa tenang, adek gue kecewa lagi sama gue"

"Kalau dia pergi dari sini gimana, dan nanti ketemu suruhan Alberto, gue takut dia kenapa-napa bang" ujarnya dan mengusap wajahnya kasar.

"Haa gue udah duga bakalan gini, makanya gue nggak setuju usulan lo waktu itu, lihatkan akibatnya jadi gini sekarang" ujar Rendi menghela nafasnya pelan.

"Ck iya gue salah...

"Tapi ini juga gara-gara abang, udah tau bakalan gini, tapi abang malah yakinin gue buat bilang sekarang"

"Abang bilang bakalan aman kalau kita bicara jujur di sini, yang jelas-jelas kita lagi terkurung di sini bang"

"Gue cuma mau jujur dengan cepat supaya Rasya nggak semakin kecewa nanti, lagian memang di sini aman kan buat bicara jujur"

"Nggak akan ada yang dengarin juga"

"Tapi bang.. akhh terserah deh, adek gue gimana ini" ujar Arsya prustasi memikirkan keadaan Alfanza, tapi mereka malah berdebat sekarang.

"Tenang aja, Rasya itu pintar memahami situasi, nggak kayak lo yang pentingin emosi dulu"

"Gue yakin dia malah ngurung diri di kamarnya sekarang...

"Coba kalau lo, lo pasti udah langsung pergi di sini dan ngendarain motor dengan ugal-ugalan"

"Jadi tenang aja" ujar Rendi dengan senyum mengejek.

"Sialan lo, tapi tetap aja gue nggak bisa tenang, kalau dia lakuin hal nekat kayak dulu lagi gimana" kesal Arsya dan membuat Rendi diam, dia juga mengkhawatirkan hal tersebut.

Larut dalam pikiran masing-masing, mereka langsung menoleh ke arah kiri, ketika mendengar suara langkah kaki mendekat.

"Daddy, Rasya gimana daddy?"

"Dia gapapa kan?"

"Dia nggak kabur kan?"

"Dia pasti kecewa sama kita"

"Gimana ini?" Ujar Arsya bertubi-tubi, Rendi hanya memutar matanya malas dan menatap daddynya datar.

Ceklek

Alex membuka pintu penjara itu, dan berjongkok membuka rantai di kaki kedua putranya.

"Rasya gapapa, dia ada di ruang kerja daddy sekarang" ujar Alex membuat kedua pemuda itu menghela nafas lega.

"Yaudah ayo" ujar Arsya melangkah keluar terburu-buru.

"Arsya, penjaga dan maid taunya daddy sedang marah pada Rasya, jadi jangan buat ekspresi panik seperti itu"

"Kita masih harus lindungi informasi tentang Rasya dari kakek kalian" ujar Alex dan diangguki oleh Rendi dan Arsya.

Mereka akhirnya keluar dari ruang bawah tanah itu dengan ekspresi datar, hingga mereka sampai di ruang kerja Alex dan menatap Alfanza yang duduk bersama Arsyi di sana.

"Rasya" ujar Arsya mempercepat langkahnya dan membawa Alfanza ke dalam pelukannya.

"Maafin abang ya, ini semua karena ide abang, maaf"

I'm Fine (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang