Part:12

30.8K 3.3K 211
                                    

Vote and comment juseyo...
....

Alfanza mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya. Ketika tersadar, dia langsung duduk ketika melihat Arsya di sampingnya, membuat Arsya yang tidur tadi ikutan terbangun.

"Bang Arsya" lirih Alfanza kaget

"Lo kenapa?" Tanya Arsya dengan mata yang memberat.

"Ahh gue, kenapa?" Tanya Alfanza balik, terus menatap Arsya yang sedang mengumpulkan nyawanya.

"Ck malah balik nanya" ujar Arsya menatap Alfanza malas.

"Heem, lo ya yang udah bawa gue ke sini?" Tanya Alfanza dan diangguki oleh Arsya, membuat Alfanza mati-matian menahan senyumnya.

"Tumben lo baik sama gue, biasanya sinis mulu liat gue" ketus Alfanza mengambil ponselnya yang terletak di nakas sampingnya.

"Udah ditolongin juga, bukannya terima kasih" ujar Arsya malas dan berdiri.

"Karena lo udah bangun, gue pergi dulu"

"Teman-teman lo bentar lagi bakalan kesini kayaknya" ujar Arsya mengambil jaketnya di sofa.

"Hmm kalau gitu makasih udah nolongin gue... abang" lanjut Alfanza lirih dan hanya bisa didengar olehnya sendiri.

"Hmm, gue pergi" ujar Arsya menatap Alfanza, dia seperti terlihat enggan meninggalkan Alfanza sendirian di sini.

"Kenapa?" Tanya Alfanza melihat Arsya masih diam.

"Lo lapar nggak?" Tanya Arsya dan dibalas gelengan oleh Alfanza, tapi sial perutnya malah nggak bisa bohong.

Mendengar itu, Arsya tanpa sadar terkekeh pelan dan kembali duduk di samping brangkar Alfanza.

"Gue baru ingat, abang gue tadi sedang beli makanan ke luar, kalau gue balik dan dia datang ke sini kan, makananya jadi nggak sia-sia" ujar Arsya membuat Alfanza manggut-manggut saja.

"Kok bisa bang Rendi ada di sini?"  Batin Alfanza heran, tapi enggan untuk bertanya.

Mereka akhirnya diam, sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.

Alfanza yang kembali rebahan sambil memainkan ponselnya, sedangkan Arsya juga bermain ponsel sambil lirik-lirih ke arah Alfanza.

"Lo bukan Alfanza ya?" Tanya Arsya tiba-tiba membuat Alfanza kaget menatapnya.

"Maksud lo?"

"Yahh jujur saja, lo Alfanza, tapi nggak terlihat seperti Alfanza juga"

"L-lo ngomong apa sih" ujar Alfanza tampak gugup, apa dia ketahuan kalau dia memang bukan Alfanza yang asli pikirnya.

"Entahlah, gue juga bingung ngomong apa" ujar Arsya menatap Alfanza lekat.

"Aneh lo" ujar Alfanza terkekeh pelan dan mengalihkan tatapannya pada ponselnya lagi, dia sangat gugup melihat tatapan intens abangnya itu.

"Lo sekarang benar- benar berubah, dan entah kenapa gue selalu kepikiran adek gue yang sudah meninggal saat bersama lo" ujar Arsya membuat Alfanza kaget.

"Ini Rasya bang, ingin gue bilang langsung sama abang, tapi abang pasti ngira gue bohong dan manfaatin abang dengan ngaku-ngaku jadi Rasya" batin Alfanza menatap Arsya sendu.

"Bukannya adek lo cuma Cakra ya, kok gue baru dengar kalau lo punya adek yang sudah meninggal?" Ujar Alfanza  memancing Arsya supaya bercerita.

"Kenapa juga gue cerita sama lo" ujar Arsya sinis.

"Ck kan gue cuma heran, yang gue tau lo cuma punya adek satu dan itu Cakra, tapi lo bilang lo ingat adek lo yang udah meninggal ketika dekat sama gue"

"Gue kan jadi penasaran" ucap Alfanza.

I'm Fine (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang