Part:9

30.2K 3.5K 191
                                    

Vote and commentnya dong...
...


Alfanza bangun sekitar jam 5 pagi, dia mencuci wajahnya dan rencananya akan membereskan barang-barangnya untuk pergi dari apartement milik Xavier ini.

"Tapi gue harus kemana ya?" Gumamnya melihat baju yang bertumpuk di kasurnya setelah dia keluarkan dari lemari.

Dia menatap ponselnya, Ingin meminta bantuan pada Aron. Tapi dia mengurungkan niatnya karena tidak mau merepotkan teman barunya itu.

"Aron sama Eric pasti lelah habis kerja kemarin, nggak enak ahh ganggu mereka" gumamnya dan akhirnya memilah bajunya yang sekiranya diperlukan dan memasukkannya ke dalam koper.

Setelah selesai, dia memasukkan buku-bukunya ke dalam tas, supaya tidak ribet membawanya nanti, walaupun sebenarnya sedikit berat.

Setelah di rasa barang-barangnya semuanya sudah siap, dia menghela nafasnya pelan menatap jam yang sudah menunjukkan pukul 6 pagi.

"Masih sempat olahraga sih, tapi nanti gue harus interviw orang yang lamar kerja"

"Belum lagi harus cari kosan juga" ujarnya menimbang-nimbang, dan akhirnya memutuskan mengisi perutnya terlebih dahulu, karena sayang bahan masakan yang masih tersisa di dapur kalau tidak digunakan.

"Sudah bangun ternyata" ujar Xavier yang baru keluar dari kamar depan Alfanza, Alfanza hanya mengangguk saja dan melanjutkan langkahnya menuju dapur.

Xavier hendak menyusul Alfanza tapi berhenti ketika melihat pintu kamar Alfanza yang terbuka.

Dia masuk ke dalam dan melihat Alfanza yang sudah merapikan barangnya, seketika dia mengepalkan tangannya emosi dan mempercepat langkahnya menghampiri Alfanza.

"Kamu benar-benar mau pergi dari sini haa!" Bentak Xavier membuat Alfanza kaget dan tanpa sengaja menggores jarinya sendiri, karena memang dia sedang memotong bawang.

"Aishh" ringis Alfanza merasa perih dan membersihkan lukanya dengan air, mengabaikan Xavier yang sudah berada di belakangnya.

"Jawab!" Bentak Xavier, mencekal tangan Alfanza supaya menoleh padanya.

"A-apasih bang, bukannya udah gue bilang kemarin" ujar Alfanza berusaha melepaskan cekalan Xavier yang sangat kuat.

"Kalau kamu keluar dari sini kamu mau kemana haa, kamu nggak mikir"

"Kamu itu masih kecil, mau jadi gelandangan kamu" kesal Xavier menarik tangan Alfanza kembali ke kamar.

"Abang lepas, sakit"

"Bang Xavier" teriak Alfanza tapi dihiraukan oleh Xavier dan menghempaskan Alfanza ke kasurnya membuat Alfanza kaget dan menatap takut melihat tatapan dari Xavier sekarang.

"Diam di sini, jangan kemana-mana" ujar Xavier masih dengan tatapan tajamnya.

"K-kalau abang masih ngangap gue narik perhatian untuk dapatkan keuntungan, lebih baik gue pergi dari sini" ujar Alfanza memberanikan dirinya menatap Xavier.

"Terserah nanti gue jadi gelandangan atau apapun, itu bukan lagi urusan abang"

"Yang penting gue nggak jadi benalu lagi kan, gue bisa hidup sendirian dimanapun itu"

"Dan gue nggak mau menerima bantuan apapun lagi abang, gue mau lepas dari masalalu dan memulai semuanya dari awal"

"Gue harap abang ngerti itu" ucap Alfanza dengan tatapan penuh keyakinan.

"Kamu tetap di sini, kamu tidak merepotkan saya" ujar Xavier menghela nafasnya pelan dan duduk di samping Alfanza, kemudian memeluknya.

Alfanza kaget menerima pelukan itu, dia berusaha mendongakkan wajahnya menatap Xavier, tapi Xavier menahan kepalanya supaya tetap bersandar di dada bidangnya.

I'm Fine (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang