Part:35

19.6K 2.1K 142
                                    

Vote and comment juseyo...
....

Lio yang sibuk melukis di ruang rahasia, mendapatkan kabar dari Arsya kalau teman-temannya sudah pergi. Dia tersenyum tipis apalagi melihat Aron dan Eric yang sedang tidur sambil berpelukan.

"Nanti aja deh, kasihan kalau dibangunin" ujar Lio dan berdiri, meregangkan tubuhnya karena lelah duduk selama 1 jam lamanya.

Sambil menunggu si kembar bangun, Lio membersihkan ruangan itu dengan memungut sampah yang berserakan, kemudian bersih-bersih supaya dia terlihat segar.

Tepat setelah dia keluar kamar mandi, dia terkekeh pelan melihat Eric yang sudah bangun dan duduk sambil terkantuk-kantuk.

"Ric, cuci muka dulu sana, kita keluar dari sini" ujar Lio membuat Eric dan Aron langsung tersadar sepenuhnya.

"Udah bisa keluar bang?" Tanya Eric memastikan dan diangguki oleh Lio.

"Akhirnya" ujar Aron tersenyum senang karena memang dia sudah merasa bosan berada di ruangan tanpa jendela itu dari kemarin.

Aron akhirnya bergegas ke kamar mandi untuk sekedar cuci wajah, begitu juga Eric yang tidak kalah semangatnya.

"Nanti masakin mereka sesuatu deh, biar mereka semangat lagi" gumam Lio membereskan tempat tidurnya.

"Haa ini gara-gara gue, kapan selesainya ini masalah"

"Gue nggak bisa bantu apapun lagi, cuma bisa diam di sini dan menunggu semuanya selesai" gumamnya dan menghela nafasnya pelan.

"Ayo bang" ajak Eric

Lio tersenyum dan keluar dari ruangan itu, menyusuri tangga yang gelap sambil mendengarkan ocehan dari Aron dan Eric.

"Gue senang banget keluar dari sana, nggak perlu liat sekelilingnya tembok lagi"

"Kalau keluar kan kita masih bisa hirup udara segar walaupun hanya sekitar mansion" ujar Aron dan diangguki setuju oleh Eric.

"Benar banget, abang kok keliatananya betah banget di sana?" Heran Eric melihat Lio tampak biasa aja.

"Bosan sih, tapi gi..."

"MAKSUD DADDY APA?" teriak Rendi membuat ke tiga pemuda itu kaget. Ketika membuka pintu rahasia yang terhubung dengan ruang kerja Alex, mereka malah melihat Rendi yang mengamuk dan marah menatap Alex.

"D-daddy, abang" ujar Lio sedikit takut merasakan aura mencekam dari abangnya itu.

"Ehh kalian, teman abang kamu udah pergi hmm?" Ujar Alex melangkah mendekati Lio dengan senyuman.

"Udah dad, tapi bang Rendi kenapa keliatan marah ya dad?" Tanya Lio menatap Rendi yang tampak mengatur emosinya.

"Gapapa, masalah kerjaan"

"Sekarang keluar dulu ya, ada yang mau daddy urus sama abang kalian"

"Dan juga maafin daddy karena nggak bisa nemui kalian di bawah sana dari kemarin"

"Daddy sedikit sibuk" ujar Alex mengelus rambut Lio.

"Gapapa kok dad, kita keluar dulu ya" ujar Lio mengkode Eric dan Aron untuk keluar secepatnya.

"Abang jangan marah-marah, kalau ada masalah selesaiin aja dengan kepala dingin, biar ketemu solusinya" ujar Lio dan dibalas senyuman oleh Rendi.

"Iya dek, kamu benar"

"Abang cuma kesal dengan pikiran gila daddy itu" ucap Rendi dan menatap tajam Alex. Lio mengangguk mengerti, walaupun masih bingung.

Tapi dia enggan bertanya, karena tadi Alex sudah mengatakan kalau cuma masalah pekerjaan.

I'm Fine (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang