Part:14

30.1K 3.2K 136
                                    

Vote and comment juseyo...

.
.

Setelah merasa tenang, Alfanza berdiri dan membuka garden kamarnya, dan duduk di lantai menatap pemandangan kota melalui dinding kaca apartement itu.

"Gue harap mommy baik-baik aja" ujar Alfanza sendu menyentuh dinding kaca itu dan terdiam beberapa menit.

"Dulu gue berharap kalau mereka bakalan sedih setelah gue pergi walaupun cuma sebentar, tapi gue nggak pernah berharap kalau bakalan jadi begini" ujar Alfanza sendu dan menatap langit malam.

"Gue cuma mau keluarga gue bahagia, dan gue pikir dengan kepergian gue mereka akan semakin bahagia, karena setiap melihat gue, canda tawa mereka seketika berhenti"

"Gue berusaha menghilang dari mereka, berharap canda tawa itu selalu menghiasi mereka semua"

"Gue sampai berpikir kalau gue cuma jadi penghalang kebahagian mereka, makanya gue beberapa kali ingin bunuh diri...

"Mungkin juga karena gue merasa cape kali ya dengan nasib gue, makanya sampai berpikir gitu ya haha" ujarnya dengan tawa hambar dan menghapus air matanya.

"Tapi kenapa, bukannya mereka jadi semakin bahagia, mereka malah seakan hancur setelah kepergian gue"

"Kenapa, apa yang salah hiks, seharusnya mereka senang kan hiks"

"Mereka selalu marah saat gue dekat dengan mereka, mereka nggak pernah peduliin gue hiks...

"Dan sekarang gue nggak ada di dekat mereka, tapi kenapa mereka terlihat terlihat seperti kehilangan gue, sampai mommy seperti itu"

"Gue nggak suka hiks, gue cuma mau mereka bahagia, gue nggak suka melihat ekspresi sedih itu" ucap Rasya sesugukan dengan air mata yang terus mengalir.

"Apa yang harus gue lakukan tuhan hiks?"

Bodoh, terlalu baik, terserah kalian mau mendeskripsikan apa tentang Rasya.

Sedari kecil dia tidak pernah diajarkan untuk membenci keluarganya.

Opanya selalu memberikan kata-kata baik, berharap Rasya tidak membenci dan dendam pada keluarganya sendiri.

Sang Opa selalu menjadi sandaran dan keluarga satu-satunya yang menyayanginya, dan itu cukup mengobati hati Rasya yang terluka disaat dia tidak dipedulikan oleh keluarganya.

Karena didikan sang Opa juga, Rasya menjadi anak ceria, bertanggung jawab, ramah, baik dan tidak sombong, pekerja keras dan penyayang, sehingga dia disukai oleh pekerja-pekerja di mansion Smith terlepas dari kekurangannya.

Rasya tidak pernah marah walaupun hatinya terluka oleh keluarganya, karena ada opanya di sisinya. Rasya juga selalu menyayangi keluarganya terutama adek kecilnya, Cakra.

Dia ingin berperan sebagai kakak yang baik untuk Cakra, dan membuat adeknya bahagia, walaupun dia harus diam-diam memberikan perhatian karena dia tau Cakra pasti akan menolaknya.

Dan yang paling dia sukai, mengganggu adeknya kalau ada kesempatan, walaupun Cakra akan marah dan mengata-ngatainya. Tapi itu tidak membuatnya terluka, malah dia suka. Melihat wajah adeknya yang kesal menjadi hiburan tersendiri untuknya.

Yahh, segitu bodohnya Rasya karena masih tetap menyayangi keluarga yang jelas-jelas menolak kehadirannya.

Tapi bagi Rasya, kebahagian keluarganya adalah nomor satu, dan dia akan melakukan apapun untuk melihat senyum keluarganya itu.

Walaupun dianggap bodoh oleh dunia, dia tidak akan peduli dengan hal itu. Dan sekarang tekadnya semakin kuat untuk menghibur keluarganya, terlebih adeknya.

I'm Fine (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang