BAB XIV || Memperjelas alurnya

9 3 0
                                    

Tiga orang gadis berada ditaman belakang sekolah. Sudah hampir lima menit mereka disana, namun tak ada suara yang terdengar. Hanya hamparan dari suara angin sejuk yang menerpa kulit.

"Kalian berdua mau sampai kapan begini? " Nalia mulai bicara

"Na, gw gak masalah Clysa itu bukan kakak kandung gw. " jawab Crystall agak emosi

"Kalo gitu apa? "

"Gue gak suka, setelah tau mama bukan ibu kandungnya. Clysa tega nyakitin mama. "

"Crys, harus berapa kali gue jelasin sama lo. Gue gak sengaja. " Clysa berusaha menjelaskan

"Mending lo diemm!!" bentak Crystall langsung

"Hah, gue kira lo cerdas. "

Clysa dan Crystall menatap Nalia bingung. Apa yang Nalia maksud?

"Crystall, mungkin lo lupa. Yang buat pr lo kalo lo lupa itu sapa? Mungkin lo lupa, siapa orang yang nolong lo waktu lo jatuh dulu? Mungkin lo udah gak inget apa nasehat gw waktu kalian berantem tahun lalu. Hah, dasar. " Nalia berusaha tenang, walau ia sangat ingin menjewer telinga kedua saudara itu

"Kalo soal jasa lupa atau gaknya. Mama juga udah banyak berjasa sama dia, tapi apa balasannya. " Crystall menjawab

"Clysa, tolong liat kondisi kakak gw. Takut nanti dia kenapa napa. " pinta Nalia tersenyum manis pada Clysa

Clysa mengangguk kemudian pergi dari sana. Ia tak pernah membenci Crystall, saat mendorong ibu itu....

(Flasback on)

"Kamu cuma anak haram dari hubungan ayah Crystall dengan wanita jalang itu. "

"Mah, kenapa mama bilang itu? Aku putri mama sama papa. "

"Jangan pernah manggil saya mama kamu, kamu hanya anak haram. "

Clysa mengenggam tangan ibunya itu. "Mah, Clysa sayang sama mama. Jangan buang Clysa mah, Clysa sayang sama Crystall. "

Ibu Clysa menarik tangannya dari Clysa. Namun kakinya terkilir, hingga jatuh dari tangga itu. Clysa membulatkan matanya, ia segera turun untuk membantu ibunya.

(Flasback off)

"Lo tau bagaimana ibu lo buat Clysa terus nangis. Allysya dan gw, cuma kami yang bisa liat Clysa nangis. Waktu itu, saat lo sama nyokap lo pergi kebioskop bareng. Clysa gak ikut, apa alasannya? "

"Clysa sakit. "

"Itu alasan nyokap lo. Yang sebenarnya, nyokap ngunci Clysa dikamar seharian. Lo tau kenapa? "

Crystall menggeleng.

"Karna dia liat Clysa sama Defan, pacar lo dulu. Defan sama Clysa ketemuan karna lo, dan lo yang ninggalin mereka berdua karna bokap lo baru pulang dari luar negri. Dan lo kira ibu lo sayang sama Clysa? Ibu lo gak pernah anggap Clysa anak nya, dia cuma mau Clysa menghilang dari hidup lo sama bokap lo. "

"Na, segitu bencinya lo sama nyokap gue kah? " tungkas Crystall geram

Nalia mengepal tangannya dengan kuat, kalo bukan karna Crystall itu juga temannya. Sudah habis Crystall sejak tadi.

"Lo kira, gw benci sama nyokap lo karna apa? Lo tau prinsip gw, darah dibayar nyawa. Air mata dibayar rasa benci, luka dibayar mati. Nyokap lo terus buat Clysa nangis, lo gak pernah liat dia ngeluh. Tapi gue sering, gw sama Allysa terus dengar dia bilang gak kuat. " Nalia pun menghela nafas berat, ia teringan saat Clysa menangis dipundaknya

"Clysa itu cuma punya lo dirumah itu. Saat bokap lo pergi, cuma lo yang dia punya. Tapi lo malah gak peduliin dia, dia sedih Crys. Yang dia butuhin tuh keluarga, bukan benci dari lo. " lanjut Nalia

The Girls: Menjaga yang masih adaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang