Bab 18

282 28 2
                                    

Suara ketukan dari Suede Gianvito Pumps milik Kalila yang beradu dengan lantai marmer menggema di lobby apartemennya, meninggalkan ketegasan di setiap langkahnya.

Tanpa perlu berusaha, aura anggun namun profesional yang terpancar di setiap langkah Kalila dengan mudah berhasil menarik perhatian orang-orang di sekitarnya. Beberapa memandangnya dengan tatapan terpana, beberapa lagi menatapnya penasaran, beberapa bahkan tertarik untuk mengenalnya.

Namun rasa itu hanya bisa mereka pendam tatkala melihat seorang pria yang berdiri di depan lobby, menunggu wanita tersebut dengan senyum merekah. Bahkan dari jauh, semua orang bisa melihat aura kepemilikan yang terpancar dari pria itu.

"Morning, Kalila," sapa Reagan dengan senyum manis yang hampir membuat Kalila mematung terpana. Entah perasaannya saja atau senyum Reagan pagi ini lebih manis dan tulus berkali-kali lipat dari biasanya. Sesuatu yang cukup berbahaya bagi jantungnya.

Kalila berdeham, "Morning, Reagan" balasnya sambil memasuki mobil pria itu. Pandangan Kalila mengarah ke luar, tidak mau mengambil resiko mempermalukan dirinya sendiri dengan menatap mata Reagan.

Tapi setelah beberapa saat, mobil itu tidak juga beranjak dari tempatnya.

"Reagan?" Akhirnya Kalila memberanikan diri menatap pria disampingnya, dan percayalah bahwa tatapan yang diberikan Reagan langsung membuatnya salah tingkah.

Reagan menatapnya dengan tatapan yang ... entahlah, Kalila bahkan kesulitan menjelaskannya. Ia langsung kembali mengalihkan pandangannya karena merasakan pipinya menghangat.

"Sorry," Reagan berdeham dan mulai melajukan mobilnya seakan baru pulih dari sesuatu yang mengganggunya.

"I'd gladly do this everyday," gumam Reagan, cukup pelan hingga Kalila hanya bisa mendengar samar-samar.

"Kamu ngomong apa barusan?"

Reagan terkekeh, "Bukan apa-apa."

Mata Kalila memicing, jelas-jelas tidak percaya dengan jawaban Reagan. Namun Kalila memutuskan untuk tidak menekannya lebih jauh.

"Gimana keadaan Opa kamu?"

"Semakin membaik. Kemungkinan besok sudah boleh pulang. Kata dokter Opa cuma perlu istirahat yang cukup dan minum obat teratur."

Kalila mengangguk lega, tangannya meraih paper bag yang ia bawa.

"Aku baca tonic dan oatmeal jenis ini bagus untuk pasien penyakit jantung," Kalila mengeluarkan satu bundle oatmeal dan tonic herbal dari dalam paper bag dan memperlihatkannya ke Reagan.

Reagan meliriknya terkejut, "Kapan kamu beli itu?" Tidak bisa membayangkan kapan wanita di sebelahnya itu sempat membeli benda tersebut setelah kemarin hampir seharian menemaninya.

"Semalam aku ketemu di supermarket benhill, untungnya masih ada stok terakhir," balas Kalila solah-olah supermarket yang ia sebut hanya belasan meter dari tempatnya, alih-alih belasan kilometer.

"Benhill?" ulang Reagan lagi-lagi terkejut. "Bukannya itu jauh dari sini?"

Kalila mengangkat bahunya, "Aku udah ke supermarket terdekat tapi stok mereka kosong semua. These are the last stock."

Kalila memasukkan benda-benda tersebut kembali ke dalam paper bag.

"Bukan itu maksudku," Reagan menghidupkan lampu sen kanan sebelum kembali menatap Kalila.

"Did you even get enough rest?" Nada khawatir terdengar jelas dari suaranya.

Tentu, perjalanan mereka selama dua hari kemarin memang cukup melelahkan. Namun anehnya saat pulang dari rumah sakit rasa lelah Kalila hilang begitu saja.

The Lost StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang