Bab 21: R

287 27 2
                                    

Reagan keluar dari unit apartemen Kalila setelah memastikan bahwa wanita itu baik-baik saja. Untunglah ketika mereka berdua sampai di apartemen Kalila, sudah ada Lea yang menunggu dengan wajah khawatir.

Ternyata teman Kalila itu juga merasa ada yang tidak beres ketika Kalila tidak bisa dihubungi sama sekali dan bergegas datang kemari.

Reagan memastikan pintu apartemen Kalila terkunci rapat, lalu di detik ia membalikkan badan, senyum di bibirnya lenyap. Dalam sekejap wajah ramah itu tergantikan oleh raut dingin. Sorot mata yang teduh seketika berubah tajam dikuti rahang yang mengeras.

Selama ini ia sudah bisa menduga secara garis besar apa yang terjadi pada Kalila berdasarkan potongan-potongan informasi yang dilontarkan wanita itu. Namun tebakan terburuknya bahkan tidak bisa dibandingkan dengan kejadian sebenarnya yang dialami wanita itu.

Sungguh, melihat Kalila yang terlihat rapuh dan kesakitan seperti itu selalu membawa rasa sesak asing di dadanya, serta diam-diam membangkitkan naluri gelap yang telah tertidur lama.

Kaki-kaki panjangnya melangkah dengan tempo lambat. Ekspresinya menggelap dan tubuhnya mengeluarkan aura mengerikan, membuat beberapa orang malang yang berpapasan dengannya merinding ketakutan.

Reagan menekan tombol speed dial nomor 2 di ponselnya dan panggilan tersebut langsung terangkat pada dering pertama.

"A guy named Dimas. He almost got married last year. I want his details when I got home," titah Reagan pada orang di seberang sambungan. Nadanya tenang, namun suara beratnya mampu memantik rasa dingin disekujur tubuh orang yang mendengarnya.

"On it, sir."

Klik. Sambungan terputus.

Reagan menggertakkan giginya ketika pikirannya lagi-lagi kembali pada wajah Kalila yang terlihat sedih bercampur takut.

Di dunia ini, tidak ada yang boleh menyakiti orang yang dipedulikan seorang Reagan Djokoseodarjo.

--------------

The Lost StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang