Bab 19

266 28 1
                                    

"Morning all," sapa Kalila ketika melewati kubikel teman-temannya.

Salah satu dari mereka, Hary, mengamati gerak gerik rekan kerjanya itu yang terlihat ringan. "Wuidih, ada yang lagi happy nih," celetuknya.

"Bonus turun nih kayaknya," tebak Arkan. Dari meja Kalila, pria itu hanya terlihat kepalanya saja, menyembul dari dinding partisi kubikel. Pemandangan itu entah mengapa terasa lucu sehingga ia terkekeh.

Mendengar respon Kalila, Hary dan Arkan serentak bertatapan sambil memasang raut horor.

"Lo siapa? Dimana Kalila yang asli?" tanya Arkan dengan wajah serius.

Tawa Kalila terhenti dan satu alisnya naik, "Hah? Lo ngomong apa?"

"Kalila nggak pernah cekikikan, apalagi pagi-pagi," jelas Hary, mengambil sendok yang tadi ia pakai untuk sarapan dan mengacungkannya ke Kalila. "Show yourself."

Kalila memutar bola mata, jengah dengan kelakukan antik para rekan kerjanya.

"Lo ngapain sih, Har?" tanya Indy yang baru datang, melirik sendok yang masih diacungkan pria itu.

"Ada yang ngerasukin Kalila-"

"Jangan dengerin dia, Ndy," potong Kalila malas.

"Sumpah, tadi dia tiba-tiba cekikian, Ndy. Lo juga denger kan, Ar?" Arkan mengangguk.

"Gue cuma tiba-tiba kepikiran posisi Arkan sekarang kayak salah satu scene badut di film IT astaga!" sergah Kalila kesal. Tanpa mereka sadari, senyum Indy perlahan melebar seperti tengah menyadari sesuatu.

"Ini gue perlu tersinggung nggak sih?"

"Artinya lo lucu, kok."

"Udahlah, percuma ngomong sama kalian berdua" tukas Kalila jengkel.

"Eits," sela Indy, menarik perhatian tiga orang tersebut.

"Beneran nih cuma karena muka Arkan mirip badut? Bukan karena yang lain? Hmm?" tanyanya, melempar seringai pada Kalila. Tatapannya seolah berkata 'lo kasih tau atau gue yang bocorin?'

Namun Kalila bahkan belum sempat menggerakkan bibirnya ketika Indy tiba-tiba melemparkan bomnya.

"Yang lain tuh misalnya kayak udah dua hari ini diantar jemput sama certain mas-mas eksmud bespoke suit pakai limited edition Maserati," Indy melemparkan senyum jahil pada Kalila yang membeku ditempatnya.

"Tunggu dulu, lo bilang apa barusan?" tanya Hary, rahangnya terbuka lebar. Sedangkan Arkan juga tidak jauh berbeda.

"Kok lo bisa-"

"Darling, I have eyes. Gue kan tiap pagi mampir kopi dulu di bawah," kata Indy memotong ucapan Kalila.

"Dia yang waktu itu gue liat di restoran pas makan sama pak Gunawan kan? Yang ngebantu lo kabur?"

"Whatt? Kabur? Jadi waktu itu lo bohong soal saudara lo sakit?"

Kalila menghela napas panjang, "Nelly kucing tetangga gue."

Ia mengalihkan pandangannya, tidak sanggup lagi menatap mereka bertiga. Telinganya menangkap Arkan dan Hary yang mengumpat karena telah tertipu.

"Sorry guys," gumam Kalila. Ia kembali menghela napas panjang sambil bersandar di kursi.

Tapi tampaknya Indy tidak merasa terganggu dengan fakta tersebut. "Jadi, itu cowok baru lo, Kal?"

Mendengar pertanyaan itu Kalila buru-buru menggeleng, "Bukan. Reagan cuma temen biasa."

The Lost StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang