Bab 25

315 27 1
                                    

"Let's play twenty questions," ajak Reagan tiba-tiba.

Mereka kini tengah menikmati dessert di salah satu pendopo hotel setelah makan malam. Makan malam yang bisa dibilang cukup berat karena seharian ini mereka habiskan dengan menonton lumba-lumba yang dilanjutkan dengan bermain kano dan melakukan snorkeling hingga puas.

Kalila meletakkan gelas berisi hot strawberry tea miliknya yang tersisa sedikit, "Aku kayaknya pernah dengar game itu."

Reagan mengangguk, "Game ini cukup common di US. Intinya masing-masing dapat giliran untuk bertanya maksimal dua puluh pertanyaan, dan yang ditanya wajib menjawab."

"Kalau nggak bisa jawab?"

"Setiap jawaban akan dapat satu poin, yang punya paling banyak poin adalah pemenangnya."

"And the loser grants the winner's wish?" tebak Kalila yang mulai bisa menebak jalan pikiran Reagan.

"Exactly."

"Any wish?"

"Anything."

Kalila mengetuk-ngetuk ibu jarinya di atas meja, "Oke. Kamu duluan."

"Did you have fun today?" tembak Reagan langsung.

"I did, all thanks to you," ucap Kalila tulus yang disambut senyum lega oleh Reagan.

Kalila merasakan semilir angin malam menyentuh kulitnya lewat jaring-jaring kardigan yang dikenakannya, membawakan ketenangan dan melemaskan otot-otot tubuhnya yang kaku.

Kalila tersenyum merasakan tubuhnya yang rileks, lalu mengambil gilirannya.

"Apa hobi kamu tiap weekend pergi keliling pulau di Indonesia?"

Reagan tertawa, "Not really. Tapi setiap pulang teman-temanku selalu ngajak aku untuk keliling Indonesia, dan pulau-pulau di nusa tenggara memang jadi favorit kami."

Reagan menyendok es serutnya yang juga hampir habis ke mulut sebelum melempar pertanyaan selanjutnya.

Namun diam-diam Kalila tidak bisa melepaskan perhatiannya dari pemandangan di depannya.

Reagan dan makanan manis, sungguh kombinasi menarik yang tidak disangka Kalila.

"Gimana kamu bisa temenan sama Lea?" tanya Reagan.

"Lea sahabatku dari SD, tapi karena aku yang ke Aussie pas SMP kelas dua, kita sempat lost contact. Uniknya kita ketemu lagi di satu kampus yang sama walaupun beda jurusan dan dari situ, kita nggak terpisahkan kayak anak kembar. She knows everything about me that I don't even know and vice versa."

"Sounds like a soulmate to me."

Kalila mengangguk setuju, "We are."

"Giliranku. Kenapa kamu kembali ke Indonesia?"

Reagan kembali menyendok es serutnya sebelum menjawab, "Awalnya karena mamih yang minta, tapi aku jadi mikir 'kenapa nggak?' Semua keluargaku menetap di sini. Kebetulan juga country branch di sini ada posisi kosong," jelasnya.

"Apa yang kamu tau tentangku sejauh ini?" tanya Reagan dengan binar jenaka.

"Hmm, aku tau kamu pindah ke US sejak SMA, kamu juga senior Leo waktu di UC Berkley, pernah kerja di sillicon valley, dan hmm, apparently the hottest bachelor there?" Kalila membahas tatapan jahil Reagan itu.

"Terus kamu—"

"Do you also think I'm hot?" potong Reagan dengan seringai jahil tercetak di wajahnya. Seringai itu semakin lebar tatkala ia melihat wajah lawan bicaranya yang memerah seperti tomat.

The Lost StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang