Everybody's such an angel with a halo, yeah, right, i don't think so.
-AREA21-***
Ivy menarik nafas dalam-dalam, merasakan bagaimana aliran emosi dalam dirinya meletup-letup bagaikan golakan api sambil menatap pria di depanna dengan tatapan tajam.
"Apa lagi sebenarnya yang kau inginkan? Aku sudah memberikan segalanya padamu, dan aku bahkan tidak mengganggu kau dan," Ivy menoleh sebentar pada seorang gadis di belakang pria itu yang sedang bersembunyi seakan-akan Ivy akan menyakitinya sedangkan kenyataan di sini adalah ialah yang sedang tersakiti. Muak sekali, jangan berlagak seperti korban, Ivy sudah meraa tidak tahan dengan situasi seperti ini.
"Kekasih barumu," lanjut Ivy dengan datar.
"Aku tidak bermaksud mengganggumu, kami berdua hanya ingin minta maaf. Lily selalu merasa bersalah dan merasa bahwa ini semua adalah salahnya, kau tahu kan bahwa hanya diriku seorang yang bersalah di sini! Lily tidak tahu apa-apa mengenai hubungan kita."
Kelopak mata Ivy berkedut mendengar omong kosong pria di depannya. Hah! Bagaimana bisa dulu dia berhubungan dengan lelaki ini? Lelaki bodoh berotak kosong yang merasa bahwa dirinya lebih hebat, bahwa mereka lah yang paling benar. Ingin Ivy beteriak, kalian berdua sama-sama bersalah, Lily itu mantan sahabatku dan sekarang dia merebutmu dan memanipulasi dirimu, tentu saja aku tidak keberatan kehilangan lelaki bodoh sepertimu karena takut menyesalinya belakangan. Aku baru menjalani hidup selama 18 tahun dan kita baru menyelesaikan sekolah kita bulan lalu, kesempatan mencari pria lebih tampan dan cerdas sangat terbuka lebar!
Sayangnya itu tertahan di ujung lidah. Masih dengan wajah dingin Ivy memalingkan wajah dan kemudian masuk kembali ke apartemennya. "Terserah kalian, aku lelah, jangan datang kemari lagi."
"Hei, Ivy, dengarkan lah permintaan maaf Lily dulu!"
Apa-apaan sih, kenapa aku harus mendengarkan permintaan maaf mereka yang jelas-jelas mereka cari untuk dijadikan pembenaran dalam hubungan mereka sendiri? Harusnya setidaknya mereka tidak bodoh seperti ini. Ivy menjadi malu karena sudah berkenalan dan pernah dekat dengan orang sebodoh mereka.
"Dasar bodoh."
Dan tolol, brengsek, bajingan, gila. Ivy membanting pintu tepat di muka mereka.
"Ivy! Buka pintunya, kau memang tidak punya hati, bagaimana bisa kau bersikap seperti itu pada Lily?" Pria yang Ivy tidak mau sebutkan namanya itu menggedor-gedor pintu dengan keras sambil menyumpahi dirinya.
Bagaimana bisa?
Ivy tersenyum dengan lesu, kemudian menatap tangannya yang bergetar dengan hebat. Ia sakit hati karena pengkhianatan. Dari awal ia tidak menyukai pria itu secara spesial, ia hanya tidak suka sendirian, dan ketika most wanted di sekolahnya itu menyukainya, Ivy memanfaatkan itu untuk belajar dan setidaknya mempunyai pengalaman yang kata kebanyakan orang adalah masa yang indah. Tapi Ivy tidak bisa merasakannya, dan Lily berkali-kali menyarankan padanya untuk berhenti. Awalnya Ivy kira itu adalah bentuk kepedulian, sayangnya itu adalah bentuk pengkhianatan. Berlagak seperti orang tidak kenal di depan namun bermain di belakang, Ivy tidak bisa membayangkan seberapa kekanakannya mereka.
"Aku akan datang kemari lagi!"
Ivy mengabaikan suara itu dan fokus pada tubuhnya yang mulai terasa aneh, lagi.
Nafas Ivy mulai terasa sesak. Ini selalu terjadi ketika ia sedang marah. Aliran panas yang menjalar di nadinya, dan jantungnya yang berdegup kencang. Ivy meremas dadanya dan mendengarkan sendiri ketika suara nafasnya berubah menjadi aneh. Ivy tidak suka seperti ini, ia merasa begitu lemah, Ivy benci dengan mereka yang telah membuatnya seperti ini.
Dengan langkah pelan Ivy berjalan, kakinya bergetar seakan-akan ia akan jatuh kapan saja. Ketika mencapai kamar mandi, Ivy berhenti sebentar di pintu, bersandar dan menatap ke arah kaca yang masih berjarak satu meter di depannya. Lihatlah wajah menyedihkan itu.
Suara handphone tiba-tiba mengisi udara yang hening. Ivy segera mengalihkan pandangan dan baru melangkah sekali ketika pandangannya dipenuhi titik hitam. Tubuhnya menghantam lantai dengan keras.
***
Hei gaes, saya muncul setelah sekian lama. Mungkin banyak yang bertanya-tanya kenapa saya membuat cerita baru dan BBTA tidak kunjung juga dilanjutkan. Sebetulnya ini adalah cerita yang saya buat untuk menaikkan mood menulis BBTA, tetapi ternyata cerita ini yang idenya sudah lebih dulu matang dan progress penulisannya sudah mencapai konflik.
Saya harap kalian bisa bersabar karena BBTA mungkin masih lama untuk tamat karena saya belum menyentuhnya sama sekali :').
Sekian, terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arcane : Another World
FantasyIvy tahu ada yang salah dengan tubuhnya yang selalu pingsan secara mendadak. Dan setelah membakar seseorang hidup-hidup tanpa sengaja, Ivy harus dihadapkan dengan realita lain yang mana merupakan dunia tempatnya berasal. Menghadapi hal-hal asing ten...