Bagian 5 : Lepas Kendali

20 3 0
                                    

Just close your eyes,
The sun is going down,
You'll be alright,
No one can hurt you,
-TS-

***

Pada akhirnya Ivy bisa duduk dengan manis di bagian outdoor café, menikmati red velvet slice dengan krim keju yang lezat. Bibi Kara adalah teman dekat ibunya, wanita tua beperawakan segar, rambut coklat yang digelung dengan anggun, selalu memakai gaun floral yang manis dan panjangnya hingga di bawah lutut, dan iris mata sewarna laut yang dalam. Tutur katanya lembut, dan ia tidak seperti kebanyakan wanita berumur pertengahan yang beraura keibuan, Ivy bisa melihat garis tegas di wajahnya akan sebuah pengalaman yang tidak ia ketahui.

"Well, jadi malam ini kau berumur 19 tahun?" Ayah Ivy berucap dengan sedikit bersemangat, tidak menyangka putri kecilnya setahun lagi akan menginjak angka 20.

Sebenarnya Ivy tidak menemukan suatu hal yang bagus dari masa hidupnya yang mulai berkurang itu, tapi apa pun yang membuat ayahnya bersemangat, maka ia juga sangat bersemangat.

"Well, aku sangat tidak sabar, dan aku juga ingin membicarakan tentang, yeah, universitas."

"Universitas? Mereka sudah menjawab?" Wajah ayah Ivy terlihat serius.

"Ya, dan ketiganya menerimaku, hal yang sangat jarang namun aku mendapatkannya," Ivy berucap pelan, mengamati dengan hati-hati ekspresi ayahnya yang perlahan berubah. Dari yang bersemangat hingga menuju tingkat semangat paling tinggi, Ivy takut ayahnya kesurupan karena senyumnya yang begitu lebar.

"Itu sangat mengagumkan, ayah hanya, well, ikut senang untukmu," ayah Ivy berusaha memasang wajah serius dan berusaha mengendalikan ekspresi wajahnya. Hal itu mengundang gelak tawa kecil Ivy yang terlihat geli.

Ayahnya itu bahkan selalu berusaha untuk tampil keren dan berwibawa.

"Ya, dan aku butuh beberapa-" Ivy terdiam, merasakan hawa dingin mulai menggigit kulitnya dan membawa perasaan tidak nyaman.

Ia sudah merasakan hawa dingin ini ketika keluar dari mobil dan berjalan menuju café. Ivy pikir mungkin karena waktu yang sudah menunjukkan pukul 10 malam maka suhu mulai menurun. Namun melihat ayahnya yang melepas jaketnya dan mengeluh panas sebelumnya, Ivy yakin ada yang salah dengan dirinya.

"Hei, apa kau tidak apa-apa?" Ayah Ivy bertanya dengan khawatkr ketika melihat putrinya itu tiba-tiba terdiam. Dan lagi, apa saat ini Ivy sedang menggigil?

"Aku tidak apa-apa! Hanya-" Ivy menghela nafas sambil mengeratkan jaket parkanya dan juga merapatkan syal rajut yang melingkari lehernya, "sedikit kedinginan? Aku juga tidak mengerti."

Arcane : Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang