Cause i know that I'll see you again on the other side.
-A-***
Iris mata itu, bagaimana Ivy bisa melupakannya?
Ivy memundurkan langkahnya dan tanpa berpikir panjang langsung melarikan diri. Ia membanting pintu kamarnya dan segera mengunci pintu tersebut lalu mulai berlari menyusuri lorong sambil memikirkan tempat paling pas untuk bersembunyi dari pria itu.
Di mana, di mana, di mana!
Ivy menaiki lantai tiga dan membuka pintu perpustakaan dengan pelan kemudian menguncinya. Ia merasakan jantungnya yang bertalu-talu dengan hebat dan nafasnya yang terputus-putus. Apa yang harus ia lakukan? Bagaimana caranya melarikan diri? Apa Ray tidak menempatkan seorang penjaga pun di pintu masuk hutan? Mengapa pria itu bisa kemari? Bagaimana cara ia menghadapi pria itu saat ini? Bagaimana caranya untuk bisa melindungi dirinya dari putra mahkota Kerajaan Shahrzad dan tetap hidup esok hari?!
Ivy merasakan tubuhnya yang sedikit bergetar. Di mana ia harus bersembunyi? Mengapa ia tidak lari ke lantai satu, keluar dari paviliun ini dan mengecoh pria tersebut dengan berlari ke hutan? Ivy terduduk di antara rak buku yang menjulang dan berjejeran sambil meremas rambutnya dengan gelisah. Otak pintarnya yang biasanya mencari jalan keluar dengan cepat seketika buntu dan dipenuhi penyesalan ketika menghadapi situasi seperti ini. Ivy tidak mau dan tidak akan pernah bisa terbiasa oleh situasi yang selalu menyangkut dengan hidup mati dirinya. Terlebih lagi siapa yang akan menyelamatkannya kali ini selain dirinya sendiri?
Dengan iris mata yang berkaca-kaca Ivy menunduk, berusaha menahan tangis agar tidak menimbulkan suara apapun yang bisa memancing pria tersebut kemari.
Menit-menit terlewati dengan begitu lama. Ivy merasakan tubuhnya menenang perlahan-lahan. Angin berembus bersama air hujan, menciptakan suara gemuruh yang dahsyat hingga bisa mencapai ruangan perpustakaan yang biasanya kedap suara. Tunggu, suara hujan itu bagaimana bisa memasuki ruangan perpustakaan? Apakah Ivy lupa untuk mengunci jendela? Tapi ia yakin sekali sudah menutup jendela tersebut.
"Aku tahu kau ada di sini," suara tersebut menggema, bersamaan dengan petir yang menggelegar di langit luar.
Ivy merasakan bagaimana jantungnya kembali berdetak dengan cepat mendobrak rongga dadanya, merasakan aliran dingin menakutkan itu menjalar di punggungnya dan hendak memerangkapnya.
"Aku tidak menyangka akan menemuimu di sini, di sebuah paviliun yang terisolir dan terlebih lagi hanya sendiri." Suara gelak tawa menggema, memercikan rasa takut semakin dalam pada diri Ivy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arcane : Another World
FantasyIvy tahu ada yang salah dengan tubuhnya yang selalu pingsan secara mendadak. Dan setelah membakar seseorang hidup-hidup tanpa sengaja, Ivy harus dihadapkan dengan realita lain yang mana merupakan dunia tempatnya berasal. Menghadapi hal-hal asing ten...