"DARI OBROLAN MENJADI BEBAN PIKIRAN"
°•°•°•°•°•°•°
Sepulang sekolah kala itu terasa cukup berbeda, apalagi untuk murid kelas tiga yang baru saja menyelesaikan hari terakhir Ujian Nasional. Iya, tanda bahwa waktu-waktu mereka di sekolah itu akan segera usai.
Tapi begitulah hidup. Karena perpisahan akan selalu datang setelah adanya pertemuan.
Tiga orang lelaki itu mengekori satu teman mereka yang berjalan didepan. Tangannya memegang buku yang berisi kumpulan soal ujian dari berbagai macam mata pelajaran. Seorang Itoshi Rin selalu melakukannya hampir setiap hari, dan sebetulnya itu bukanlah sesuatu yang mengagetkan bagi teman-temannya.
Hanya saja... Oh, ayolah... Tidak ada salahnya berehat dari pelajaran-pelajaran yang memusingkan kepala.
"Tak ada manusia yang terlahir sempurna~" Sesungguhnya seorang Bachira Meguru tidak hanya bersenandung untuk membuyarkan suasana mereka yang sunyi selama hampir lima menit perjalan itu. Tapi alunan itu sekaligus teguran untuk Rin, yang mana menurut Bachira, temannya itu terobsesi mendapatkan nilai sempurna.
Tentunya, apa yang dilakukan Rin tidaklah salah. Maka begitupun dengan yang dikatakan oleh Bachira.
Tidak masalah apabila Rin ingin selalu mengasah kemampuan otaknya, tapi bukankah segala sesuatu yang berlebihan juga menimbulkan ketidakbaikan? Bachira hanya mengkhawatirkan Rin.
"Yaa, contohnya elo yang punya otak tapi jarang dipake." Celetuk Rin yang masih asyik berjalan dengan mata terpaku pada bukunya itu. Ia menjabarkan langsung contoh dari ucapan Bachira.
Fokus Rin begitu luar biasa. Entah bagaimana caranya bisa fokus membaca sambil berjalan tanpa tersandung sekalipun.
Bohong kalau Bachira tidak tersinggung atas kalimat pedas yang sebetulnya sudah biasa dilontarkan oleh Rin. Meskipun bibirnya melengkung ke atas, didalam pikirannya terbesit ide jahat.
"Apa gue jedotin aja nih bocah emo sampe amnesia, biar semua yang dia pelajarin ilang dari otaknya?" Sayangnya Bachira memilih untuk mengubur niatnya dalam-dalam. Lagipula, begitu Bachira menilai dari perspektif yang lain, ia mendapatkan sesuatu yang pantas ia lontarkan sebagai respon.
"Ekhm... Ekhm... Chigiri, Isagi, Rin, dengerin gue!" Usai melakukan batuk jaim, Bachira merangkul dua teman yang berjalan di antaranya. Isagi Yoichi, juga Chigiri Hyoma.
"Mulai deh..." Kata Isagi dengan bola matanya yang tergulir melingkar. Ia sudah tahu apa yang akan terjadi, dan selalu terjadi setiap mereka berempat bersama.
Sedangkan Chigiri sibuk terkekeh melihat aksi teman-temannya, yang beberapa waktu kedepan mungkin situasi seperti sekarang tidak akan pernah terulang lagi.
Mereka semua, memilih untuk melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas yang berbeda-beda.
"Orang yang gerakannya spontan itu sebenernya lebih pinter!" Ucap Bachira kemudian. Tangannya sambil merogoh saku celana, menarik ponselnya keluar dari sana.
Kalimat itu sampai kedalam indra pendengaran milik Rin, dan membuatnya tertarik untuk mengetahui apa alasan Bachira mengucap demikian. Ia berhenti berjalan dan perhatiannya kini terpusat kepada Bachira. Begitupun dengan Chigiri dan Isagi.
"Karena orang itu ngelakuin sesuatu atas dorongan hati, nggak melulu bergantung sama pikiran." Sambung Bachira kemudian. Saat dirinya sadar kalau posisi mereka berempat kini sudah sangat dekat, tangan Bachira mengangkat ponsel itu tinggi-tinggi. Ia mengambil potret mereka berempat tanpa aba-aba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel's like you - Blue lock X Haikyuu [ REVISI - UP ULANG ]
Fiksi PenggemarChigiri Hyoma pantas mendapatkan title sebagai seorang malaikat. Seperti yang kita tahu, malaikat selalu saja berhubungan dengan sesuatu yang dinamakan kebaikan. Julukan malaikat itu terkadang membuat Chigiri merasa tidak pantas. Pikirnya, ia hanyal...