Halilintar menundukkan kepalanya, rahang tegas itu mengeras dan genggamannya pada pedang halilintar menguat. Manik ruby itu menyalang marah menatap Retak'ka, kakinya bersiap untuk bergerak secepat kilat. Kaki yang dibalut dengan sepatu yang di dominasi warna hitam dan merah itu melangkah secepat mungkin, kedua pedang di tangannya sudah tersedia dan siap untuk menghentakkannya kapan saja. Retak'ka menggeram, ia masih memiliki sisa elemen yang tidak pernah Boboiboy miliki, elemental kristal, yang sepatutnya menjadi kekuatan tahap tiga Gempa.
Dada Halilintar berdenyut sakit saat melihat Fang memejamkan matanya, amarah yang mengalir di seluruh aliran darahnya menguap dan membuat kepala serta dadanya memanas. Berkali-kali ia menghancurkan pelindung kristal milik Retak'ka dan berkali-kali pula pelindung itu kembali mencuat dari permukaan. Blaze yang memang tak dapat mengontrol emosinya juga ikut menyerang, cakra berapi itu berkali-kali di lemparnya ke arah Retak'ka yang senantiasa bersembunyi di balik tamengnya.
"Jangan menjadi pengecut, bajingan!" teriak Blaze, manik candlelight orange itu mengecil, menandakan pemiliknya benar-benar marah.
Es yang melihat mereka mulai tak terkendali dan menyerang dengan ceroboh langsung berlari menghampiri keduanya. Ia mengatakan pada Blaze agar melakukan elemental fushion bersama dirinya. Frost Fire —fushion Blaze dan Es— terlihat, kepribadian Es yang tenang nyerempet pemalas itu berhasil membuat Blaze sedikit terkendali dan lebih terencana sebelum menyerang. Thorn hanya menunduk dari kejauhan, entah apa yang membuat anak itu hanya diam ketika yang lainnya menyerang. Tapi yang pasti, sorot mata bulat yang polos itu tidak lagi cerah ataupun berbinar.
Solar bergerak ke arah Halilintar, bertanya apakah remaja bertopi merah-hitam itu ingin melakukan fushion bersamanya atau tidak. Pemuda dengan topi yang di dominasi warna putih dan oranye itu tersenyum simpul ketika Halilintar mengangguk. Mereka bertukar menjadi Supra —fushion Halilintar dan Solar. Boboiboy menggabungkan dua pedang sabit yang menjelmakan enam pedang lagi di belakangnya, lalu mengumpulkan tenaga laser pada jarinya dan setiap pedang sabitnya melepaskan tembakan bertubi-tubi ke arah Retak'ka. Tepat sebelum ia mengakhiri serangan dengan satu tembakan besar yang bisa membuat siapapun melayang menembus angkasa, suara teriakan Thorn menghalangi fokusnya.
Frost Fire yang sudah bersiap menembakkan panah beku berapinya juga terhenti dan menoleh. Melihat molekul-molekul hijau mengelilingi sekujur tubuh si polos, Thorn berteriak kencang ketika merasakan tubuhnya seperti di cabik-cabik oleh sesuatu yang ia sendiri tak tau itu apa. Gempa yang tadinya mengendalikan golem untuk mengunci pergerakan Retak'ka ikut menoleh, iris desert dust itu menatap khawatir dan berjalan mendekat ke arah Thorn.
"Thorn...?" panggilnya lembut, berharap Thorn mengendalikan dirinya.
"ARGGHH! MENJAUH!" teriaknya membuat Gempa mundur beberapa langkah.
Kilatan cahaya hijau yang menyilaukan terpancar, membuat semua mata menutup karena silaunya. Taufan menjadi orang pertama yang membuka matanya, manik ash blue itu terbelalak ketika melihat Thorn- ah, apakah ia masih bisa di sebut Thorn? Topi itu bahkan tak bertengger lagi di kepalanya, Taufan memiringkan kepalanya bingung, menelisik orang di depannya ini dari atas sampai bawah, depan sampai belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Alma Gamela [KaiFang]
Fanfiction"No matter how far we're apart, the red thread's always linked and will never break. '𝘊𝘢𝘶𝘴𝘦 𝘺𝘰𝘶'𝘳𝘦 𝘮𝘺 𝘢𝘭𝘮𝘢 𝘨𝘢𝘮𝘦𝘭𝘢." -Kaizo "As long as you're okay, i'm fine too. '𝘊𝘢𝘶𝘴𝘦 𝘺𝘰𝘶 𝘢𝘯𝘥 𝘐 𝘢𝘳𝘦 𝘰𝘯𝘦 𝘪𝘯 𝘰𝘶𝘳 𝘢𝘭𝘮𝘢...