Cermin Bahagia?

7 1 0
                                    

Quest18
#Genre: Romance
#Sub-Genre: Romance

***

Halo!

Siap membaca?

***



"Zika, kamu mau nggak jadi pacar aku?"

Aku melongo mendengar Revan berucap lantang di depan kelas. Bukan hanya aku, teman-teman sekelas malah memandangku sinis. Tapi ... aku tak peduli, bukankah ini kesempatanku?

Menjadi pacar seorang idola, adalah sesuatu kebanggaan yang hakiki untukku. Aku merasa bahagia bukan main. Walaupun risikonya, aku banyak diledek bahkan tak punya teman. Itu bukan hal masalah, setidaknya aku bisa berpacaran dengan Revan. Cowok yang aku kagumi diam-diam di sekolah ini. Aku juga tak butuh teman, bagiku ... berteman dengan mereka hanya nembuang hari. Semuanya munafik, tidak termasuk dengan Jero-sahabatku.

Tapi sayang, kesenanganku, berubah total. Saat aku mendengar ucapan Revan saat berkumpul dengan temannya.

"Rev, kenapa lo mau pacaran sama cewek jelek itu. Masih banyak cewek yang lebih cantik dari dia."

Aku yang ingin mengantarkan makanan untuk Revan terhenti. Di balik dinding pembatas tempat itu.

"Pake nanya lo pada, gue cuma manfaatin dia doang. Lo pada 'kan tau, itu cewek pintar. Tapi-gue nggak menduga ... dia dengan bodoh, menerima ajak-an gue waktu itu."

Aku menutup mulut dengan kedua telapak tangan. Aku tak percaya, Revan setega itu. Aku pikir cowok itu tulus padaku. Ternyata tidak, cowok itu bagaikan iblis di mataku sekarang. Aku benci dia

"Oh ... berati lo nggak tulus ke dia?"

"Eng-"

"Revan!" Aku berteriak tak tahan mendengar penuturan itu. Sudah cukup, rasa muak itu terasa di relung hatiku. Dari raut wajahnya, dia tampak kaget melihatku datang secara tiba-tiba.

Dengan kesal, aku mendekat lalu menampar pipinya kasar.

Plakk

"Satu tamparan, buat cowok brengsek kayak lo!"

Plakk

"Dua tamparan, buat hati gue yang sakit!"

Plakk

"Tiga tamparan, buat kejujuran lo dan kita putus!"

Aku tak peduli, tengah menampar Revan di depan teman-temannya. Yang aku inginkan, menunjuk bahwa aku tak selemah itu di matanya.

Dengan nafas sesak, aku berjalan menjauhi Revan. Hatiku benar-benar sakit, sangat sakit. Hingga aku tak mampu menangis. Mungkin, kali ini aku tak bisa melanjutkan belajar. Aku harus meminta izin ke guru. Dengan alasan pusing. Ya, hanya itu, agar aku tak bertemu dengan Revan dan teman sekelas.

***

"Jero ...." Aku menangis tersedu-sedu di pelukannya. Sahabat kecil yang selalu berada di sampingku. Aku selalu merasa bahagia bila bersamanya. Seakan, semua beban di pundak terasa hilang.

Jero membalas pelukanku, mencoba menenangkan dengan tepukan pelan di area punggung atasku. Entah berapa menit aku dalam posisi itu, aku tidak tau.

Dengan langkah gontai, aku berjalan ke arah cermin besar di rumah Jero. "Jero, apa gue sejelek ini di mata cowok?" ucapku di sela isak-an.

Jero menggeleng tak setuju. Dia ikut mendekat. Hingga kami berdua sama-sama berdiri di depan cermin. Dengan penuh kelembutan, dia mencium dahiku. Lalu, mengusap air mataku. "Lo jangan nangis, lo itu cantik di mata gue. Nggak ada yang boleh menganggu sahabat cantik gue. Mulai besok, gue akan sekolah di tempat lo, gue akan jadi pengawal lo."

Aku merasa tersentuh akan ucapan dan tindakan Jero. Dia begitu sangat perhatian padaku. Seandainya, jika dia bukan sahabatku. Aku rela untuk menjadi pacarnya.

"Jero, makasih. Makasih buat semuanya, gue bahagia sama lo."

***


18 Juni 2023

Thrilling Romantic Love {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang