Salahkah Mencintai?

16 4 0
                                    

Quest6
#Genre: Romance
#Sub-Genre: Teenfict

***

Halo!

Siap membaca?

***


Aku meringis sakit, kala tangan kasar Pino menjitak keningku.

"Jadi gimana?" tanya cowok itu tanpa rasa salah.

"Enggak, ah! Di rumah lo lebih enakan, gue bisa dapat makanan gratis," balasku tanpa tau malu.

"Ck, mulut lo nggak tau malu banget. Mulai sekarang, kita kerja kelompok di rumah lo." Pino menggeleng tegas menolak semua ucapanku.

"Haaaa, iya, iya deh. Sehidup lo aja," ucapku mengalah.

Pino tersenyum mendengar ucapanku, lalu mencubit puncak hidungku gemas. "Nah, gitu dong! Itu baru namanya sahabat gue."

Aku menghela napas gusar. Semenjak kami sahabatan, aku tidak pernah berpikir untuk mencintai cowok itu. Namun, karena perbuatan Pino terlalu manis. Hati yang kosong tanpa cinta, berubah berwarna dengan rasa aneh.

Aku tidak ingin merusak persahabatan antara diriku dengan Pino, lebih baik memendam sendiri saja. Tapi-entah bagaimana aku tidak bisa menahan gejolak sakit ini. Kenapa harus Pino? Kenapa bukan orang lain saja ku cintai?

"Kak-itu kak Pino, ya?" tanya Violet. Dia adalah adik perempuan yang berjarak 1 tahun denganku. Mungkin tepatnya, Violet itu adik kelasku.

Aku mengangguk, memperhatikan Violet dari samping, yang tengah mengaduk gelas yang berisi minuman hendak di sajikan.

"Pino itu siapa kakak?" tanya Violet lagi. Dia tampak penasaran dengan cowok pertama kali ku ajak main ke rumah.

"Cuma sahabat." Aku menjawab singkat tanpa minat.

"Yakin? Kakak kelihatan suka sama dia."

Aku melotot kaget, merapatkan tubuh ke Violet. Lalu berbisik pelan. "Bagaimana lo tau? Kelihatan jelas, ya?"

Violet terkekeh mendengar ucapanku. "Lumayan, siapapun dapat menebak. Kakak pasti suka sama dia, bahkan kak Pino pasti tau. Kecuali ... kalau dia orangnya tidak peka."

Aku memayunkan bibir. "Sepertinya ... dia nggak sadar, kalau gue suka. Dia nggak pernah memandang gue sebagai gadis pada umumnya. Dia hanya memandang gue sahabatnya."

Violet menghentikan acara mengaduknya, dan menepuk bahuku pelan. "Kakak pasti bisa, aku yakin itu. Aku akan mendukung kakak!"

Aku mengulas senyum tipis. "Makasih, lo saudara gue ter-the Best."

***

Aku tidak tau, apa yang terjadi dengan Pino. Cowok itu setiap hari kerja kelompok, pasti memilih di rumahku. Ya, awalnya aku berpikir cowok itu betah karena mencicipi cemilan yang tergolong banyak di sini. Ternyata, salah. Hari ini dia tampak lebih aneh dari yang ku duga.

"Zi, menurut lo, Violet suka coklat nggak?" tanyanya di sela mengerjakan tugas di buku tulis.

Aku memicing curiga. Ada apa dengannya?

"Suka, dia suka semua hal yang manis. Kenapa lo nanya adik gue?" tukasku tak suka.

Pino menggeser duduknya agar lebih dekat denganku. "Pantas aja orangnya manis."

Deg

Ada rasa nyeri menusuk dada, saat Pino berkata seperti itu. "Aneh lo! Adik gue emang manis, sama kayak gue."

Pino terkekeh mendengar ucapanku, lalu mengusap puncak kepalaku lembut. "Zi, gue mau jujur sesuatu sama lo."

Aku mengerut kening penasaran. "Apa?"

"Sebenarnya ... gue suka sama adik lo."

Bagaikan di sambar petir, hatiku lagi-lagi berdenyut sakit. Aku menahan tangis di dalam hati. Orang yang di suka, menyukai saudaraku sendiri. Sudah terduga dari awal. Pino tidak akan menaruh rasa padaku. Tapi-kenapa harus Violet? Ini yang membuat batinku tak terima.

"Ohh, terus?" jawabku dingin.

"Bagaimana kalau gue nembak Violet?"

Deg

***

Hari berlalu, seperti biasa kami kerja kelompok di rumah. Hari ini, hari menghancurkan bagiku. Di mana-saat aku keluar dari kamar mandi dan hendak ke dapur. Aku melihat Pino menyatakan cinta pada Violet di sana.

Aku menghela napas lelah, tak ingin menambah luka pun pergi meninggalkan ruangan itu. Aku tau, cinta tak bisa dipaksakan. Sekeras apapun perjuangan untuk mendapatkan hati Pino. Tetap saja, aku kalah.

Dapat ku lihat, Pino ke luar dari dapur dengan wajah sedih. "Lo kenapa?" tanyaku dikala cowok itu memasukkan buku ke dalam ranselnya.

"Gue mau pulang."

Aku meremas ujung baju kesal, perlahan sebelah tanganku mengulurkan sebuah bunga dengan kelopak berbentuk love aneh.

"Ini apa?" tanya Pino heran, tapi tetap menerima bunga yang ku ulurkan.

"Cinta gue ibarat bunga berbentuk love ini. Menyakitkan tanpa di duga. Ternyata, gue baru sadar. Kita berada dalam lingkaran cinta segitiga."

Pino terkejut mendengar itu, dia memandang aku dan bunga yang ada di genggamannya bergantian.

****

Selasa, 6 Juni 2023

Thrilling Romantic Love {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang