Happy reading gaysss!
17+ eraaa****
"Bahaya!"
Seno yang sedang mengupil tersentak kaget! "Hah?! Bahaya apa njir! Jangan bikin gue jantungan lo Ver!"
Benar! Yang barusan berucap adalah Veren. Laki-laki itu saat ini sedang duduk dengan tatapan tajam dan serius.
"Tuhkan gue bilang juga apa! Harusnya kita ganti strategi basket kita! Biar kagak mudah di tebak lawan!" Kini Satya menimpali.
Veren masih terdiam dengan jari-jari yang bergerak mengetuk pahanya. Laki-laki itu menyorotkan tatapan yang sangat serius seperti terjadi sesuatu yang sangat genting!
"Menurut gue bukan itu deh Sat! Mesti soal balapan!! Gue denger-denger Ronni keluar dari penjara anjir! Pasti bakal ada war!" Ujar Dean menatap Satya, Seno dan Veren secara bergantian.
Laki-laki itu memasang wajah serius penuh siaga, "kita harus bisa nuntasin masalah ini secepatnya! Bener kata Veren, kita dalam keadaan bahaya!" Lanjut Dean lagi. Laki-laki itu membenarkan kerah seragamnya. Tatapannya menatap kearah sekitar.
"Kita harus gerak lebih hati-hati!" Lanjut Dean lagi.
Sedangkan Seno, laki-laki itu menatap Veren yang sepertinya tidak menanggapi ucapan Dean. Laki-laki itu masih terdiam. Namun, Seno bisa melihat ada kerutan di dahi laki-laki itu. Seno berfikir, mungkin bahaya yang dimaksud Dean berbeda dengan Veren.
"Khemm..." Seno berdehem. Laki-laki itu menyugar rambut tebalnya kebelakang.
Matanya menatap kearah Dean dan Veren bergantian. "Menurut gue nih ya, bukan itu yang dimaksud Veren!" Ujar Seno.
Mendengar Seno berucap, Veren menoleh kearah Seno. Menatap Seno dengan tatapan yang sulit diartikan. Seno yang menyadari itu mulai berdeham sok keren. Laki-laki itu membenarkan kerahnya, lalu menatap kearah Veren.
"Gue yakin pasti bukan masalah basket ataupun Ronni kan? Ck, paham gue maksud lo!" Ujar Seno sambil mengangkat kedua alisnya naik-turun terkesan tengil.
Veren berdehem, laki-laki itu menatap bergantian teman-temannya. "Lebih bahaya daripada basket dan juga Ronni. Kasus ini masuk tingkat 3! Bahaya!" Ujarnya serius.
Satya berdehem, "terus apaan Ver? Gue jadi deg-deg an gini." Ujar Satya.
Dean mendekat kearah Veren. Laki-laki itu mulai memepet Veren, membuat laki-laki itu bergidik risih. "Jauh-jauh dari gue lo!"
"Hehehe..." Dean merenges merasa tak merasa bersalah.
"Apa yang dibilang Seno bener Ver?" Tanya Dean yang mulai penasaran.
Satya dan juga Seno pun tak kalah ingin tahu. Kedua laki-laki itu mendekat kearah Veren. Wajah mereka terlihat serius ingin tahu.
Veren berdehem, laki-laki itu menyatukan jari-jarinya. Tatapannya mengarah lurus kedepan.
"Bahaya..." ujar laki-laki itu lagi.
Dean, Seno dan juga Satya mengangguk-nganggukkan kepalanya. Masih menatap Veren dengan tatapan serius. Keempat laki-laki itu kini terlihat seperti sedang merundingkan prahara penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Verenio
Teen Fiction⚠️17+ (warn! awal chapt ketikan masih acak adul, but part selanjutnya bakal bikin hati kamu amburadul xiexie) [FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] --------------- "Temenin gue disini. Bentar aja." Ujar Veren. Laki-laki itu kini dengan beraninya merebahkan tub...