[07] He is Verenio

1.1K 79 6
                                    


Tarik nafass hembuskannn

Are u ready guyss!!!!

Let's goooo!!!!!

Happy reading guysss!!!

****

Veren memijat keningnya merasa frustasi dengan kepolosan Flery. Gadis itu sebenarnya polos atau bego? Bisa-bisanya menyerahkan diri padanya. Untung dirinya itu kuat iman, bagaimana kalau tidak? Sudah habis Flery di tangannya.

"Gak jadi yang! Gue takut. Dah nanti gue beliin salep aja!" Ujar Veren memutuskan untuk membelikan Flery salep. Daripada ia kebablasan.

Apalagi wajah Flery saat ini seperti siap ia karungi. Ya Gusti, jika saja Veren dan Flery sudah terikat mungkin Flery sudah ia sikat sejak awal.

Memang di hidup ini perlu adanya kesabaran seluar samudra. Tunggu saja waktu itu datang, Veren benar-benar akan memiliki Flery seutuhnya dan hanya untuk dirinya.

"Udahlah gue anter balek ayo! Habis pingsan gini mending pulang aja."

"Lagian udah kagak ada lomba yang lo ikutin kan?"

Veren, laki-laki itu bergegas membereskan bekas bubur yang tadi ia berikan untuk Flery. Membuang bungkus bubur ke tempat sampah.

Tak lama kemudian Veren datang mendekati Flery, "ayo gue anter balik!" Ajaknya.

Flery terdiam, dalam hatinya dirinya merasa gelisah. Takut tanggapan Bundanya nanti. Apalagi ia sebelumnya belum pernah dekat dengan seorang laki-laki.

"Emmm...Gue pulang sendiri aja Kak. Lagian Kakak mesti sibukkan?" Ujarnya sedikit ragu.

Veren menaikkan satu alisnya, "gue ngajak lo balik berarti gue kagak sibuk! Dah ayo!" Kekeh Veren tetap teguh pendirian ingin mengantar Flery.

Flery semakin dibuat gelisah, gadis itu memilin jari-jari tangannya. Memikirkan hal-hal yang belum tentu terjadi kedepannya.

Veren yang melihat kegelisahan Flery menghembuskan nafasnya pelan. Pasti gadis itu merasa tidak nyaman, apalagi yang ia dengar gadis itu agak sedikit strict parrents dan belum pernah dekat dengan laki-laki sebelumnya.

"Kalau lo takut dimarahin, ntar gue bakal ngomong sama ortu lo." Ujar Veren pada akhirnya.

Laki-laki menggenggam tangan Flery yang nampak keringat dingin. "Percaya sama gue." Ujarnya meyakinkan.

Flery menghembuskan nafasnya pelan, ia jadi takut menyinggung laki-laki di depannya itu.

"Maaf Kak, bukan maksud gue buat nyinggung Kakak. G-gue cuman takut aja. Sebelumnya belum pernah dianter cowok." Ujar Flery sambil menatap lekat Veren.

Veren tersenyum, "gue gak papa lagi. Gue paham maksud lo. Lo cuman butuh percaya sama gue, ijinin gue nganter lo balik. Ntar gue bakal ngomong sama ortu lo." Saut Veren.

Flery mengulum bibir bawahnya sambil menatap Veren ragu, "gimana kalau sampe depan gang aja Kak?" Ujar Flery menatap takut-takut kearah Veren.

Mata Veren melotot tajam, "yang! Yang bener aja lo! Masa gue nganter lo sampe depan gang. Justru itu yang bakal buat ortu lo curiga dan gue malah terkesan buruk di mata mereka!" Ujarnya tak setuju.

Flery menunduk, "y-ya maaf Kak...Huhu seriusan gue takutttt.." ujarnya lirih.

Veren menghela nafasnya, "gue udah bilang cukup percaya aja sama gue! Jangan ngeyel ah yang!" Ujar Veren tegas. Tak habis fikir dengan pikiran Flery. Yakali cowok seganteng dirinya nganter cewek sampe depan gang!

He is Verenio Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang