[09] He is Verenio

727 66 2
                                    

Happy reading sayang akohh

>○<>○<>○<

Yang paling Flery benci saat ini adalah dirinya berada di keramaian. Berdesakan dengan orang-orang yang membuatnya kesulitan bernafas. Orang-orang yang berdesakan sambil meliuk-liukkan badan.

Ada juga yang berlarian seperti orang tawuran lalu menghamburkan tepung warna-warni entah apa namanya. Situasi ini membuatnya muak. Seharusnya ia tidak berada disini bersama mereka.

Saat ini adalah hari perayaan ulang tahun sekolahnya. Dimana sekolahnya--ralat para osis dan panitia mengundang beberapa artis ibukota untuk memeriahkan acara puncak ini. Menurutnya perayaan ini lebih mirip dengan club. Bedanya jika club malam hari, maka perayaan ini siang hari.

Entah bagaimana sekolah mengijinkannya. Flery bergidik ngeri melihat kelakuan mereka yang menurutnya terlalu bar-bar.

Flery memutuskan untuk keluar dari kerumunan, lebih baik dirinya pergi dari sini. Jika temannya tidak mengajaknya kesini, mustahil ia berada disini. Lalu sekarang entah berada dimana temannya itu.

Brugh!

"Ahh.." desis Flery setelah tidak sengaja menabrak seseorang. Tepatnya ditabrak.

Gadis itu terjatuh tanpa ada seorangpun yang mempedulikannya. Bahkan mereka lebih asik berlarian, berdesak-desakan.

Flery meringis pelan saat telapak tangannya terinjak-injak. "Stop! Please tolong..."

Belum lagi gadis itu terkena siraman air dari para laki-laki yang sedang berlarian sambil menyiram air dengan gayung satu sama lain. Flery jadi bingung, acara seperti apakah ini. Sangat brutal!

Flery merasakan sesak didadanya. Kepalanya mendadak pening. Siapapun tolong Flery!

"T-tolong please!..."

Tanpa ia sadari seorang laki-laki berlari panik menerobos kerumunan untuk menghampirinya.

"Bangsat! Minggir anjing!!" Teriak laki-laki itu keras.

"MATIIN MUSIKNYA BANGSAT!! BUBAR LO SEMUA!!"

Laki-laki itu berlari mendekat kearah Flery yang sudah banjir keringat dengan mata terpejam. Tangannya kekarnya menarik Flery kedalam dekapannya. Mengusap wajah gadis itu yang dipenuhi peluh keringat bercampur air dan tepung.

"Hey?? Please buka mata lo! Bangun!" Desis laki-laki itu sembari menepuk pelan pipi Flery.

Tangan kekarnya meraih jari-jari mungil milik Flery yang sekarang sudah dipenuhi lebam. Mengelusnya pelan lalu mencium semua lebam yang ada

"Sialan!" Desisnya.

Laki-laki itu buru-buru membawa Flery kedalam gendongannya. Ia akan membawa Flery ke rumah sakit! Gadisnya harus segera di tangani!

"Dean! Pinjem mobil lo!" Teriak laki-laki itu memanggil salah satu nama temannya.

"Hah? Lo mau kemana anjir!" Tanya Dean sedikit terkejut, tak ayal laki-laki itu memberikan kunci mobilnya.

"Rumah sakit." Tanpa basa-basi lagi. Laki-laki itu bergegas membawa Flery ke rumah sakit.

***

Dengan wajah memerah penuh rasa khawatir sekaligus marah. Veren mengendarai mobil dengan kecepatan diatas rata-rata. Memang, laki-laki itu selalu nekat dalam segala hal. Apalagi kini menyangkut gadisnya yang saat ini terbaring lesu di kursi penumpang.

Nafas Veren terengah, keringat bercucuran di pelipis laki-laki itu. Tidak! Ia tidak bisa seperti ini. Kenapa bayangan trauma itu kembali hadir disaat-saat seperti ini. Nafas Veren tercekat mengingat masa lalu yang membuatnya seperti terlilit benang tajam tak kasat mata. Veren hanya tak ingin kehilangan lagi.

He is Verenio Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang