[10] He is Verenio

729 67 27
                                    

Annyeong! Akuu balekk lagi hahaha..
Seetelah sekian purnama ga apdet wkwk..
Maapkeun saayang.
Pi reading!

-17+era-

•°•°•°•

Flery mendengus pelan menatap pintu apartemen di depannya. Bukannya pulang kerumahnya, gadis itu malah di culik laki-laki aneh yang sedang mencoba membuka pintu apartemen di depannya itu. Laki-laki itu itu tidak lain adalah Verenio Grenando.

Entah bagaimana dirinya bisa menuruti laki-laki itu untuk dibawa ke apartemennya. Seumur-umur, baru kali ini Flery masuk apartemen apalagi bersama laki-laki! Jika Ayahnya tau, mungkin dirinya dimarahi habis-habisan!

Sebelum pulang dari rumah sakit tadi, Flery menghubungi Ichel dan mengabari bahwa dirinya sudah baik-baik saja. Awalnya gadis itu akan pergi kerumah Ichel untuk menginap dirumah gadis itu, mengingat dirinya masih lemas dan pucat, takut jika pulang kerumah Bundanya khawatir dan berfikiran yang tidak-tidak.

Tapi lagi-lagi niat Flery digagalkan oleh Veren. Laki-laki itu memilih membawa Flery ke apartemennya. Laki-laki itu juga membujuk Ichel untuk membantunya. Akhirnya Flery bisa berada di depan pintu apartemen Veren karena Ichel. Gadis penjual risol mayo itu berbohong pada Bunda Flery, bahhwa Flery menginap di rumahnya.

Flery sampai pusing memikirkan itu. Gadis itu merasa bersalah pada Bundanya. Namun, dibalik itu ia juga tidak punya pilihan lain. Daripada Bundanya panik dan khawatir, Flery lebih memilih berbohong kali ini saja.

"Yang? Ayo masuk!" Ajak Veren. Laki-laki itu menggandeng tangan Flery hati-hati seperti menggandeng batita yang belajar jalan. Sangat lebay!

"Gausah di gandeng gini Kak! Gue bisa jalan sendiri!" Ujar Flery kesal, gadis itu menghempaskan tangan Veren.

Mata Veren melotot galak, "Yang! Lo itu belum pulih, nurut sama gue!" Ujarnya tegas.

Flery memutar bola matanya malas, tak urung gadis itu mengikuti langkah kaki Veren.

"Nah, ini apartemen gue. Walaupun kecil, seenggaaknya bisa nampung gue sama lo. Tambah anak kita juga bisa." Ujar Veren sambil melihat sekeliling apartemen yang beberapa hari ini jarang ia tinggali.

"Dih!" Dengus Flery. Anak apaan, lulus aja belum!

Mata Flery memindai isi apartemen milik Veren. Ck, kecil apanya? Bahkan apartemen ini sangat luas.

"Gue mau istirahat Kak, kamar gue yang mana?" Tanya Flery sambil melihat sekeliling, mencari pintu kamar.

Veren tersenyum, "lo sekamar sama gue!" Ujarnya semangat.

"Hah?! Apaan! Gamau!" Tolak Flery cepat. Yang benar saja dirinya sekamar dengan Veren?! Apalagi Veren itu laki-laki.

Wajah Veren mendatar, "hapus pikiran jelek lo! Gue bakal tidur di sofa. " Ujar Veren.

Flery menghela nafas lega, ia kira sekamar dengan Veren berarti juga sekasur. "Yaudah Kak, yang mana kamarnya."

Veren menunjuk kearah sebuah pintu, "lo bisa tidur disana! Gue mau keluar bentar, kalau mau makan lo bisa ambil buah di kulkas." Ujar Veren sambil menatap Flery yang masih melihat-lihat isi apartemennya.

"Gue cuman punya buah sama mie, tapi gue larang keras lo malan mi!" Ujar Veren tegas, namun tak di hiraukan oleh Flery. Gadis itu masih menatap kagum apartemen Veren yang menampilkan pemandangan kota.

"Yang?! Lo denger gak sih?!" Ujar Veren ngegas, merasa tercueki. Laki-laki itu mendengus.

"Hah? Iya-iya gue ngerti." Saut Flery main iya-iya aja.

He is Verenio Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang