Bab 2

1K 91 1
                                        

'Biru gak boleh ngeluh lelah, biru kan
tahu yang lebih lelah ayah.'

••••

[Kisah Pilu Biru]

•••••

"Paman biru kapan boleh pulang?" Tanya biru kepada nares, "sampai infusannya biru habis, tapi niat paman sih mau biru di rawat inap." Ujar nares.

Biru yang mendengar itu menggeleng lucu, "tidak mau! Biru tidak suka dirawat. Biru ingin pulang paman!" Ucap biru kesal, nares yang melihat tingkah gemas sang keponakan pun mencium kening anak tersebut.

"Paman hanya bercanda, lagi pula bukankah enak kalau dirawat?" Tanya nares memprovokasi, "huh enak apanya?! Yang ada tangan biru selalu sakit kalau di rawat." Jawab biru.

Nares sudah tak bisa menahan gemas dengan keponakannya ia langsung membawa biru ke dalam dekapannya dengan berhati-hati.

"Kalau gitu jangan sakit lagi! Obatnya diminum lalu jangan sampai kamu memfosir tubuh kamu dengan lama!" Ujar nares menasehati.

"Iya paman! Biru janji!" Ucap biru dengan senyuman khasnya, "jagoan paman memang pintar." Ucap nares.

Tanpa mereka sadari ada sebuah paruh baya yang menatap interaksi tersebut dengan kesal, ia yang tak ingin merasakan kesal lebih lanjut lebih memilih untuk pergi sana.


"Cih kenapa juga aku harus merasa kesal saat melihat interaksi mereka berdua." Ujar alaric dengan kesal, yap orang yang tadi mengintip interaksi biru dengan nares adalah alaric.

Kalau dipikir-pikir mengapa ia merasa kesal? Dan mengapa juga ia tadi datang ke rumah sakit? Sejak kapan ia merasa peduli kepada anak yang telah membunuh istrinya.

"Ah lebih baik aku membersihkan tubuhku, rasanya hari ini sangatlah lelah." Ucapnya lalu setelahnya ia beranjak untuk mandi.

Tak berselang lama kegiatan mandi pun selesai, alaric menuju lemari bajunya untuk mencari piyamanya. Namum saat sedang mencari ia tak sengaja melihat bingkai foto dirinya dengan sang istri.

Alaric mengambil bingkai tersebut lalu memperhatikan bingkai tersebut dengan sendu, "bagaimana kabar mu disana sayang? Ini sudah lama tapi mengapa aku masih belum bisa merelakan dirimu?" Ucap alaric.

Alaric menghapus air mata yang turun, lalu kembali ia taruh poto bingkai tersebut ke dalam lemari. Bukan tanpa sebab ia menaruh bingkai foto sang istri di dalam lemari, ia ingin tak ingin terus mengingat kejadian menyedihkan saat menimpa keluarga mereka.

Alaric kembali mencari piyamanya saat sudah menemukan alaric kembali menutup lemari bajunya dan memakai piyama tersebut.

Merebahkan dirinya dikasur menghela nafasny dengan panjang untuk menghilangkan penatnya hari ini, alaric melihat ke nakas waktu menunjukkan jam 9 malam.

Ia mencari handphonenya terlebih dahulu untuk mengecek file kantor namun handphonenya tak ada ia segera bangun dari tidurnya dan mengeledah laci nakasnya.

Saat membuka laci kedua ia terdiam, ia melihat ada bingkai foto yang di dalamnya ada dirinya dan juga biru. Terlihat sangat bahgia sekali mereka di foto itu dimana biru yang sedang digendong di lehernya dengan senyuman yang lepas.

Alaric tersenyum tipis namun kembali ia menatap datar dikala mengingat kejadian dahulu, ia langsung menutup laci tersebut dengan kencang.

"Lebih baik aku membuat kopi saja." Setelahnya alaric segara menuju dapur, di dalam dapur alaric mengaduk kopinya dengan ditemani oleh kesunyian.

Kisah Pilu Biru (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang