Bab 3

840 65 0
                                    

'Tidak ada yang tahu tentang
Takdir kita sendiri bukan?'

•••

[Kisah Pilu Biru]

••••

Rasanya alaric ingin menyerah saja, "ayolah biru buka mata mu nak..." ucap lirih alaric.

"Kak?!" Teriak nares saat sudah berada di depan pintu kamar biru bersama bi rumi.

Alaric langsung menatap nares, "nares!! Cepat naress bantu biru untuk sadar!!" Ujar alaric.

Nares langsung berlari menuju alaric dan biru, nares mengambil stetoskopnya lalu ia pakai. Nares mulai mengecek detak jantung biru.

"Ini terlalu lemah, biru gak bisa cuman diperiksa kayak biasa dia butuh yang lebih lengkap!" Ujar nares.

Alaric semakin panik mendengar penjelasan sang adik, "Terus kakak harus apa?!" Tanya alaric panik.

Nares menoleh menatap bi rumi yang berada di ambang pintu. "Bi rumi tolong ambilkan perlengkapan medis saya di lemari biru." Perintah nares lalu bi rumi langsung melaksanakan.

Bi rumi membuka lemari tuan kecilnya saat terbuka terlihatlah berbagai alat-alat medis yang lumayan lengkap.

Sedangkan alaric terdiam saat melihat peralatan medis di dalam lemari sang anak, ia bahkan baru tahu ada peralatan medis disana.

Bi rumi langsung memberikan peralatan medis tersebut kepada nares, nares pun menerima dengan baik lalu segera memakai peralatan tersebut.

Dimulai dari masker oksigen yang di pakaikan kepada biru lalu selanjutnya memasangkan kabel untuk mengecek detak jantung biru, dan terakhir nares memasangkan infus kepada biru.

Nares mengehela nafasnya, "detak jantung biru benar-benar lemah." Ucap nares dengan serius.

Alaric menoleh dari tatapan alaric tersirat kekhawatiran saat mendengar ucapan nares.

"Sepertinya itu juga yang membuat kadar oksigen yang berada di tubuh biru semakin menipis, tapi kakak tenang saja tadi kita sudah melakukan penaganan darurat, dan semoga saja biru semakin membaik." Ujar nares.

Alaric menghela nafas dengan kasar ia melihat ke arah jam yang berada di tangannya. "Shit!" Lalu alaric berlari keluar kamar.

"Kak?! Kau mau kemana?!" Pekik nares "bi rumi tolong temani biru sebentar saya ingin menghampiri kak alaric dulu." Ujar nares dan bi rumi hanya mengangguk.

Nares segera berlari mengikuti arah sang kakak "kak alaric!!" Saat sampai di bawah nares melihat alaric yang sedang terburu-buru memakai jas dan merapihkan sebuah laptop.

"Kau ingin kemana kak?" Tanya nares dengan wajah kesal "aku ada meeting penting hari ini jadi aku harus buru-buru kesana." Ucap alaric tanpa melirik nares.

"Kau benar-benar gila kak!! Anak kakak lagi drop!! Dan kau masih bisa memikirkan pekerjaan mu?!!!" Tanya nares yang tak habis pikir akan pikiran sang kakaknya.

"Bukan kah sudah pernah ku bilang? Bahwa meeting ku lebih penting daripada nyawa anak itu." Ucap alaric dengan santai.

Tangan nares mengepal sangat erat hingga urat-urat di tangannya keluar. "Kuharap kau tak menyesal atas pilihan mu itu, selamat meeting semoga pekerjaan mu lancar maniak harta." Ucap nares seraya menekankan kata harta kepada sang kakak.

Kisah Pilu Biru (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang