Bab 7

703 70 0
                                    

"Ya allah cukup ayah saja yang
Benci biru."

•••••

[Kisah Pilu Biru]

•••••

Pintu terbuka menampilkan wajah tegas alaric. "Maaf jika menunggu lema nyonya clarisa." Ucap alaric saat telah tiba di ruangannya.

"Tidak apa-apa tuan alaric santai saja." Ujarnya.

Alaric mendudukkan dirinya di kursi miliknya. "Oh ya, kalau boleh tau ada apa untuk nyonya clarisa untuk datang ke sini?" Tanya alaric.

Clarisa tersenyum kecil dirinya bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati alaric yang menatap bingung dirinya.

"Saya ingin mengajukan kerja sama antar perusahaan kita tuan alaric." Ucap clarisa dengan nada menggodanya.

Tangan clarisa menyentug kerah kemeja alaric. "Oh, baju mu kenapa basah?" Tanya clarisa.

"Ah, tadi hanya tidak sengaja terkena siram air." Ucapnya.

Clarisa hanya tersenyum. "Sebelum kita mengajukan kerja sama ini apakah boleh saya mengajak anda untuk makan malam bersama?" Tanya clarisa dengan senyum liciknya.

Alaric menatap tangan clarisa yang terus saja membelai kemejanya, lalu menatap wajah clarisa yang sedang tersenyum menggoda.

Entahlah ia merasa telah terhipnotis oleh tatapan wajah wanita di depannya ini, alaric tersenyum. "Saya free malam ini jadi saya akan menerima undangan makan malam bersama anda." Ujar alaric.

Clarisa tersenyum kemenangan. "Baiklah nanti akan ku beritahu tempatnya, anda bisa bersiap jam 7 malam." Ucap clarisa.

"Kalau begitu saya pamit dahulu, selamat bertemu nanti malam tuan alaric." Lanjutnya lalu berjalan keluar ruangan.

Alaric menatap kepergian clarisa dari ruangannya. "Menarik." Ucapnya lalu beralih menatap laptop kerjanya.


"Biru tidak ingin makan?" Tanya nares kepada biru yang sedang menatap ke arah jendela.

Biru tak menjawab ia masih sibuk menatap matahari yang akan segera terbenam.

Nares membuang nafas lelah lalu berjalan mendekati ranjang biru.

"Biru hey, lihat paman dong." Ucap nares.

Biru segera menatap nares, nares tersenyum kecil namun ia melihat adanya tatapan sendu di mata biru.

"Biru kenapa? Ingin bercerita dengan paman?" Tanya nares dengan lembut namun hanya gelengan yang nares dapatkan.

Nares segera mendudukkan dirinya tepat di samping biru mengelus surai lembut sang keponakan dengan pelan.

"Kalo belum mau cerita gapapa, paman gak memaksa kok tapi jika biru udah gak sanggup buat menyimpannya ada paman yang siap mendengarkannya." Ujar nares.

Lagi dan lagi biru tak merespon nares menjadi bingung perasaan tadi biru baik-baik saja selalu merespon setiap nares bertanya.

"Kalau biru gak jawab paman mending paman keluar aja deh." Ucap nares.

Nares segera mengambil ancang-ancang untuk keluar ruangan namun tiba-tiba tangannya di cekal oleh biru, nares menatap biru yang menatap ke arahnya.

Kisah Pilu Biru (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang