Bab 5

852 69 5
                                    

'Ayah benar-benar tak ingin
Biru ada di dunia ya?'

•••••

[Kisah Pilu Biru]

•••••

Waktu telah menunjukkan jam 10 malam, dan sedari tadi ada alaric yang sedang menunggu di depan pintu ruangan yang bertuliskan ICU.

Alaric membuang nafas entahlah dia merasa aneh dengan dirinya, dia membenci biru namun dia juga tak ingin kehilangan biru.

Sedangkan di dalam ruang ICU ada nares yang sedang berusaha mengembalikan detak jantung biru yang semakin melemah.

"Biru kesayangannya paman, paman mohon jangan mneyusul ibu mu dulu sayang...." ucap nares seraya memompa dada biru.

"Dokter detak jantung pasien semakin turun." Ucap sang perawat.

"Gak gak biru gak boleh ninggalin paman, biru katanya udah janji buat bertahan sampe nanti ayah sayang lagi sama biru kan?" Ujarnya.

"Biru nak.....ayo jagoan kecil.." peluh sudah turut turun melewati pelipis nares.

Segala upaya nares lakukan untuk mengembalikan detak jantung sang keponakan beruntung upaya tersebut tak sia-sia. Detak jantung biru kembali walau masih lemah.

"Dokter detak jantung pasien kembali tetapi masih belum mencapai batas normal." Jelas sang perawat.

Nares yang mendengar itu langsung merasa lega. "Makasih makasih untuk tetap bertahan jagoan." Ujar nares.

"Semuanya terima kasih atas kerja keras kalian." Ucap nares.

Lalu nares keluar dari sana untuk menyampaikan kondisi biru kepada alaric.

Cklek

Pintu terbuka dengan nares yang menghampiri alaric yang sedang duduk menatap kosong ke lantai.

"Kak." Panggilnya alaric yang dipanggil seketika tersadar.

Alaric bangkit dari duduknya dan menuju nares.

"Biru tadi sempat henti jantung tapi nares berhasil membuat biru bertahan." Ucap nares.

Namun alaric tak mengeluarkan kalimat apa pun ia hanya menatap nares dengan ekspresi yang biasa.

"Baiklah kalau begitu kakak pulang dulu." Ujar alaric.

Nares menukikkan alisnya bingung. "Tak ingin melihat biru?" Tanya nares.

"Aku hari ini sangat lelah, lebih baik kugunakan waktu ku untuk istirahat daripada melihat anak itu." Ujar alaric.

Nares menatap tajam ke arah alaric, nares benar-benar tak bisa menyangka dengan apa yang di dalam pikiran sang kakaknya.

Nares mengepalkan tangannya lalu berbicara. "Baiklah kalau begitu, semoga istirahat mu tenang. Tapi ku harap besok kau datang untuk menemaninya." Lalu nares beranjak dari sana.

Sebelum nares pergi dari sana, alaric membalikkan badannya menatap pintu ruangan ICU.

"Bena-benar menyusahkan." Lalu alaric beranjak dari sana.


Pagi telah tiba dan kini alaric sedang bersiap-siap untuk menuju ke kantornya.

Setelah merasa sudah rapih alaric membawa langkahnya untuk sarapan.

"Bi tolong buatkan saya kopi hitam ya." Pinta alaric.

Kisah Pilu Biru (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang