Bab 6

783 82 5
                                    

'Biru minta maaf ayah.'

•••••

[Kisah Pilu Biru]

•••••

Alaric mempercepatkan langkahnya dikala ia sudah sampai di rumah sakit tempat biru berada, alaric segera membuka pintu ruangan itu dengan kasar.

Cklek

Alaric semakin mengepalkan tanganya saat melihat orang yang dibencinya sedang berdiri menatapnya dengan senyuman liciknya.

Alaric menghampiri orang tersebut emosinya tersulut, saat ingin melayangkan pukulan, tanganya di tahan oleh nares yabg berada di sampingnya.

"Kak ingat disini ada biru." Bisik nares.

Alaric menoleh ke samping guna untuk melihat biru dengan tatapan bingungnya, perlahan alaric menurunkan tangannya.

"Ada apa kau kesini?" Tanya alaric dengan dingin.

"Tidak ada, aku hanya ingin menjenguk anak mu." Ucapnya masih dengan senyuman.

Alaric benar-benar kesal melihat senyuman itu. "Sudah kan? Kalau begitu silahkan keluar." Ujarnya.

"Baiklah, tapi sebelum aku pergi aku ingin berpamitan dengan anak lucu ini." Ucap deon.

"Tidak perlu, cepat keluar." Ujar alaric dengan suara yang tegas.

"Baiklah baiklah, biru paman pulang dulu ya kapan-kapan kita akan bermain lagi." Ucapnya.

Biru hanya mengangguk dan tersenyum ramah. "Terima kasih paman." Ujarnya.

Deon kemudian pergi dari sana dengan tatapan wajah mengisaratkan bahwa ia menang.

Alaric menghampiri ranjang biru. "Bukankah sudah pernah ku bilang? Jangan pernah berinteraksi dengan orang asing!" Bentak alaric.

Biru yang dibentak nampak terkejut. "Maaf ayah, tadi biru kesepian dan paman itu tiba-tiba masuk dan bilang bahwa dia adalah teman ayah." Ucap biru seraya menunduk.

"Kau juga nares, mengapa kau tak menemaninya?" Tanya alaric.

"Apa ini? Kau pikir aku tak sibuk?? Kau adalah ayahnya mengapa kau tak menemaninya?" Tanya nares kembali.

Alaric bungkam ini semua karena emosinya yang tak bisa ia kontrol. "Maaf ayah, maaf paman. Biru sudah menyusahkan kalian." Ucap biru.

"Ya memang. Kau memang menyusahkan seharusnya kau cepat mati saja." Ujar alaric.

"Apa-apaan kata-kata mu itu!! Benar-benar brengsek kau!!" Ujar nares dengan emosi.

Sedangkan biru semakin menunduk padahal ia sering mendengar caci maki ayahnya setiap hari, namun entah mengapa mendengar kalimat tersebut semakin membuat hati biru menjadi sakit.

"Jangan didengarkan oke?" Ucap nares menenangkan biru.

"Biru tidak apa-apa paman, paman sebaiknya kembali bekerja." Ujar biru.

Kisah Pilu Biru (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang