Aku menangis sejadi-jadinya di atas pundak Harry sekarang. Dapat aku rasakan tangan mengelus-ngelus bagian belakang tubuhku.
"Maafkan aku karena membawamu menemui jalang itu." Aku tidak menggubris perkataanya. Menangis cukup membuatku lebih baik. "Ayolah..berhentilah menangis." Pintanya dan beralih mengusap rambutku. Jantungku berdegup kencang karena ia begitu peduli denganku. Oh- dan kata-kata Harry membuatku terus mengingatkannya.
Ia mengaku aku adalah kekasihnya.
"Ken.." Panggilnya. "Ya?" Aku menjawab dengan terisak. "Berhentilah menangis." Ucapnya sambil melepaskan pelukannya. Saat wajah kami bertatapan, aku berusaha membuang muka. Bayangkan saja, aku dan Harry baru bertemu sekitar tadi pagi dan menjelang sore kita seperti sudah mengenal lama.
Dengan gontai, aku berjalan meninggalkannya ke dapur. Mengambil air, aku menempelkan bokongku di kursi pantry. Meneguk minum sekali, aku meremas rambutku keras.
"Ken-.." Seseorang datang dan duduk tepat didepanku. Aku tahu pasti itu adalah Harry. "Maafkan aku karena membawamu menemuinya dan-..." ucapannya terputus. Sialan- aku tahu pasti apa yang dikatakannya selanjutnya. "Maafkan aku mengaku kekasihmu." Lanjutnya. Oh- benar saja! Ia mengatakan itu. Aku mengangguk mengiyakan. "Tapi Freya temanmu, Harry. Mengapa kau meremehkannya jalang?" Tanyaku penasaran. Sedikit perasaanku mengatakan bahwa Freya bukan benar-benar teman Harry.
"Dia memang bukan temanku. Dia-.." Jeda. "Mantan kekasihku." Lanjutnya dan membuang muka. Aku tahu pasti isi perasaanya sekarang, ia berusaha melupakannya tapi aku justru bertanya.
"Maafkan aku." Ucapku karena merasa bersalah menanyakan yang berlalu. "Tak apa." Balasnya dan beralih mengambil segelas minuman. Sekali teguk, ia menghabiskan minumannya.
"Aku harus pergi, Ken." Pintanya dan segera memakai sepatunya. Pun aku berjalan menghampirinya. "Boleh aku meminta nomor ponselmu?" Tanyanya dengan nada humor. Aku terkekeh mendengar permintaanya. "Ah- tentu." Jawabku dan lansung menyebutkan nomor ponselku.
"Terima kasih, Ken. Sampai jumpa." Ucapnya dan meninggalkanku diambang pintu. Setelah memberikan senyuman perpisahan, aku menutup pintu dan berjalan menuju kamar.
***
- Harry's POV -
Aku berjalan menuju parkiran apartemen Kendall. Menatap pundakku yang basah, aku tersenyum bisa menenangkannya. Sialan- karena aku mengaku kekasih Ken didepan Freya. Bagaimana jika Freya meminta bertemu? Ah- ide bagus aku membawa Ken sehingga Freya tidak melakukan sesuatu yang buruk.
Dengan cepat aku meninggalkan apartemen Ken. Beberapa menit kemudian, aku sampai di apartemenku. Setelah memarkirkan motorku di tempat khusus yang tinggal, aku berjalan memasuki lobby. Ada beberapa orang yang aku kenal disini, jadi aku memberikannya senyuman.
"Harry!" Panggil seseorang dari belakang. Pun aku membalikkan badanku. "Hey." Jawabku sambil memeluknya singkat. "Bagaimana dengan gadis tadi di club?" Tanya Zayn singkat. "Dia bukan siapa-siapa." Jawabku dan mendahului jalan. "Ayolah ceritakan. Banyak yang aku ingin katakan padamu juga." Pintanya sambil berlari kecil menyusulku. "Cepatlah." Pintaku.
***
"Jadi?-.." Tanya Zayn didalam ruang tamuku. Meneguk minuman sekali, aku menjawab. "Jadi dia bukan siapa-siapaku. Selesai." Jawabku singkat. Maksudku- aku sedang memikirkan kata-kata yang tepat untuk melanjutkannya. "Seriuslah!" Bentaknya. Aku terkekeh dan melanjutkan perkataanku. "Aku bertemu tadi pagi di Starbucks. Lalu dia meninggalkan dan meninggalkan ponsel." Jelasku. Eh, itu sudah cukup jelas bukan?
"Hanya itu? Ck. Dan kau mencuri ponselnya?" Aku menatap Zayn tajam. "Tidak, bodoh! Ia- entahlah- ia menemukanku di club dan meminta ponselnya." Jelasku dan melanjutkan minumku. "Oh- dan tadi kau kemana?" Tanyanya penasaran. Sialan- ia menanyakannya. "Maksudku- kau tadi pergi dari club dan kau kemana?" Tanyanya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
US [ h.s ] > discontinued
FanfictionYou can read also vomment(s). but a big sorry ceritanya gantung krn stuck dan gak dilanjutin.