Chapter 18

980 109 21
                                    

"Ayo, Harry!" Teriakku ketika Harry belum keluar juga dari kamar mandi. Apakah ia tidak sadar pesawat yang akan kami tumpangi 2 jam lagi akan take off? Untung saja jarak dari apartemenku menuju bandara tidak terlalu jauh. Yah, sekitar 30 menit.

Tak lama ia keluar dengan memakai kaus dan skinny jeans serba hitam. Kemudian ia menarik kopernya dan berjalan melewatiku. Aku pun mengikutinya dan tidak lupa untuk mengkunci pintu apartemenku.

Kami beriringan menuju keluar apartemen, seraya menuju taksi yang sudah kupesan 1 jam yang lalu. Setelah semuanya sudah siap-- dan memastikan tidak ada yang tertinggal, supir taksi pun menginjak pedal gasnya. Semoga saja lalu lintas London tidak ramai.

***

London Airlines-- pesawat yang kutampangi baru saja mendarat di New York. Tidak perlu waktu lama, manik mataku sudah menemukan Adam-- salah satu teman dekatku saat kecil. Ia bilang ia akan menjemputku disini, dan langsung membawakanku ke hotel yang sudah kupesan.

"Kendall!"

Aku langsung berhambur memeluknya-- sambil mendorong koperku. Dengan cepat aku melapas pengangan koperku dan langsung memeluknya.Yah, pelukan persahabatan. Sebenarnya aku belum pernah bercerita mengenai Adam kepada Harry. Lagipula itu tidak penting, aku dan Adam juga tidak terlalu dekat.

"Hei, aku merindukkanmu." ucapnya diiringi tawaanya. Aku terkekeh mendengarnya, "Aku juga."

Manik matanya-- mata Adam menoleh kesampingku.

"Ini Harry, kekasihku." Jelasku memperkenalkan mereka berdua.

"Harry Styles." Tangan Harry menjabat tangan Adam.

Mata Adam seketika melebar, ia seperti terkejut melihat Harry. Begitupun, Harry-- ia memicingkan matanya.

"Adam-- Adam Western."

"Ekhm," Aku memecah keheningan sekaligus memberi aba-aba untuk mereka agar melepaskan jabatan tangannya.

"Oh-- pasti sangat beruntung kau, Harry."

Harry hanya memasang wajah biasa saja. Dia memang seperti itu, bukan?

"Ayo!" Ucapku bersemangat seraya menarik koper di tangan kiriku.

Harry berjalan tepat disampingku, dengan tangan kirinya yang memegang tangan kananku.

"Kendall, kau bahkan tidak pernah bercerita mengenai lelaki Adam itu."

Aku hanya tersenyum tipis mendengarnya. Adam membawa kami-- aku dan Harry menuju tempat parkir mobilnya. Yang benar saja, Adam menjadi diam-- biasanya ia selalu banyak mengoceh dan bertanya-tanya kepadaku jika bertemu.

Tak lama, kami sudah menaikki Range Rover hitam milik Adam, eh tidak-- ini bukan miliknya, Adam tidak mempunyai mobil ini.

Keheningan mulai menyeruak kedalam mobil sejak mobil ini jalan. Tidak ada satupun dari kami yang angkat berbicara.

"Jadi ini mobil barumu?" Tanyaku berusaha memecah keheningan.

"Tidak, ini bukan punyaku. Punya Zac."

"Tumben." Sindirku.

Setidaknya Adam mau memakai barang kepemilikian Zac.

Zac Western.

Zac sendiri adalah ayah kandung Adam, namun ia bercerai dengan ibu Adam-- Freggie Western saat adam berusia 2 tahun. Dan akhirnya Zac membawa  Adam ke Chesire. Yang sempat kutahu, ia menikah lagi dengan perempuan asal Chesire dan memiliki anak perempuan. Namun aku juga tidak terlalu mengenal anak perempuan itu. Adam kembali ke New York saat berumur 17 tahun dan saat ia kembali, disitu ia sudah hidup sendiri. Tanpa ada ibunya lagi, ibunya sudah pergi entah kemana.

US [ h.s ] > discontinuedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang