Chapter 20

1K 105 3
                                    

Manik mataku menatap kesekeliling. Yang ku dapati disini adalah lemari dan meja rias. Aku berusaha bangkit dari ranjang dan duduk ditepinya. Mataku kemudian menangkap bingkai coklat diatas meja rias.

Kaki jenjangku menghampiri bingkai tersebut dan langsung mengambilnya. Disana terdapat tiga orang. Seorang laki-laki, wanita dan gadis kecil. Aku memperhatikannya dengan lebih seksama seraya mendekatkan bingkai tersebut kemataku.

Ya tuhan!

Aku tahu siapa orang di bingkai itu, aku tahu dimana aku sekarang!

Dengan cekatan aku langsung menaruh bingkai coklat itu dan langsung berbalik arah. Dan tepat sekali!

Aku berada di kamarku.

Memoriku seolah-olah berputar kembali. Dan sialan! Aku mengingat kejadian tadi pagi. Aku berada disini mungkin karena aku jatuh pingsan karena terlalu capek. Ditambah si keparat itu menamparku. Pun aku langsung berjalan keluar dan tepat didepan pintu aku mendapati Scotts disana.

"Hei, Ken. Apa kau sudah membaik?"

Aku diam tidak menggubris pertanyaanya. Aku melirik kebawah-- melirik ke kaki telanjangku.

"Entahlah. Aku baru bangun." Balasku seraya berjalan meninggalkannya. Kakiku dengan cepat menuruni setiap anak tangga disini.

"Dimana Harry?" Ucapku setelah sampai dibawah. "Dia sedang menuju hot--"

"Aku akan menyusulnya." Selaku kemudian berdiri. Namun tangan kekar Scotts menahan lenganku.

"Ken, duduklah."

"Aku ingin menghampiri Harry, Dad." Selaku, kesal. Aku masih kecewa dengan Scotts begitupun Kath karena terlalu menutupi masalah ini. Sangat kecewa.

"Aku akan memberitahumu yang sebenarnya."

Ucapannya seolah-olah menghipnotisku untuk kembali duduk. Tanpa aba-aba lagi, aku langsung duduk dan menatap Scotts dengan penuh tanda tanya.

"Sebenarnya ini bukan salah Kath. Ini semua salahku."

Pernyataanya jelas membuatku melototinya. Siap suruh berkata seperti itu? Aku kan kaget.

"Begini, aku memang selalu sibuk bekerja. Kath harus memiliki suami yang selalu berada disisinya. Dan itu bukan aku."

Aku menelan ludah, gugup.

"Lalu? Aku tidak peduli. Aku ingin mengetahui langsung dari si kep--"

"Stop!"

Ucapanku terhenti karena bentakannya. Scotts menangkup wajahnya dengan tangan kekarnya. Sepertinya dia menangis.

"Dia tidak akan pernah menceritakannya kepadamu." Selanya dengan dada yang kempas-kempis.

"Kenapa? Bilang saja kau tidak ingin aku menemuinya, bukan begitu?" Sindirku sembari menatap kesembarang arah.

"Ya tuhan, Kendall! Bisakah kau dengarkan aku? Ini yang aku ingin sampaikan. Berikan aku waktu untuk menjelaskan semuanya."

Aku mengangguk pelan, ditambah merasa iba kepadanya yang sedari tadi memasang tatapan memelas.

"Aku memang sibuk akhir-akhir ini. Aku sering keluar negri, kota dan juga sering meninggalkan ibumu."

"She doesn't act like one!" Bentakku ditengah-tengah ucapannya. Aku terbawa emosi hingga bisa mengucapkan kalimat semua seperti itu.

"Baiklah, baiklah terserah. Setiap aku pulang, dia tidak pernah ada dirumah hingga suatu saat, dia pergi dan lupa membawa ponselnya. Ada panggilan dan lelaki itu mengaku-ngaku bahwa ia kekasih Kath." Ucap Scotts memelas. "Akhirnya saat Kath pulang aku menanyakan semuanya dan... dia mengaku bahwa dia memang tidak bisa bersama lebih lama lagi denganku."

US [ h.s ] > discontinuedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang