Menurut gue, chapter ini sedikit menyedihkan. So, kalo gue nulis sambil dengerin lagu:
Photograph - Ed Sheeran.
Jadi harap kalau baca dengerin lagu itu, dibagian sedihnya aja si. Gue gatau apakah lagu itu nyambung dengan adegan sedih di chapt. ini hehe. Tapi lbh baik lo sambil dengerin supaya ngena si hehe
***
"Welcome home, Kenny."
Aku berjalan gontai memasuki apartemenku setelah 3 hari. Pandanganku menyapu setiap inci ruangan. Tidak terlalu kotor, kupikir. Mungkin hanya lantai yang berdebu karena aku belum membersihkannya. Mataku menatap kursi dimana aku terakhir disini. Oh-- aku mengingatnya.
Well, Dimana pizzanya? Bukankah terakhir aku taruh disini?
Membuang semua pikiranku, aku segera berjalan menuju kamar. Bokokngku menempel diujung kasur. Oh-- kamarku.
"Ken, apa kau mau makan? Aku akan buatkan makanan."
Leherku menoleh cepat dan langsung memberikan gelengan pelan.
"Baiklah, kau istirahat dulu. Aku akan membersihkan debu-debu." Ucap Harry seraya menghampiriku. Mataku menatapnya heran.
"Aku mencintaimu." Bibirnya yang lembut bertemu dengan keningku. Kecupan yang hangat dan penuh makna. Aku mengangguk sebagai jawabanya. Kemudian ia kembali keluar kamarku.
Menarik nafas panjang, aku melirik sedikit kearah pintu-- memastkan tidak ada satupun orang. Tangan kananku meraih kertas didalam kantung celanaku.
Kertas putih yang dilipat rapi, dan aku tahu pasti didalamnya isi sangat penting.
Perlahan aku membuka lipatan suratnya, mataku mendapati beberapa kalimat yang tersusun panjang."Ken, kau harus makan, ya?"
Cepat-cepat aku melipat kembali suratnya dan menaruh sembarangan diatas kasur.
Harry datang disaat yang tidak tepat.
Aku menghembuskan nafas kecewa dan berjalan keluar kamar. Benar. Harry sudah merapikan ruang tamuku sebentar-- namun itu sudah terlihat sangat rapi. Bahkan ia merapikan dan membuatkanku makanan sangat cepat.
Sepersekian detik kemudian, aku sudah mendaratkan bokongku diatas kursi pantry.
"Aku hanya memasakkan ini."
Aku tersenyum parau dan melanjutkan memakan omellete.
"Enak."
Ia terkekeh kecil kemudian meneguk airnya. Selama makan, tidak ada satupun-- baik Harry maupun aku yang mengeluarkan suara. Aku sibuk dengan makananku dan Harry-- Ia sedang sibuk dengam pikirannya. Matanya menatap datar kedepan. Apa sih yang ia pikirkan?
"Tumben sekali kau tidak cerewet."
Aku menoleh kearahnya, menatapnya tajam-- pura-pura.
"Kau seperti sedang menyembunyikan sesuatu dariku. Katakanlah."
Aku berhenti melanjutkan makananku-- seolah perkataanya adalah tanda agar aku berhenti makan.
Sialan. Apa aku harus memberitahunya?
"Tidak."
Ia menatapku dalam.
"Aku tidak percaya. Katakanlah."
Aku mengusap belakang leherku kemudian meneguk airku-- sekedar jeda untuk menceritakannya.
"Kath memberikanku surat. Apakah itu ada hubungannya dengan Scotts? Bagaimana menurutmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
US [ h.s ] > discontinued
FanfictionYou can read also vomment(s). but a big sorry ceritanya gantung krn stuck dan gak dilanjutin.