Chapter 16

1K 113 22
                                    

Siang sudah menjadi sore. Ini sudah pukul 5 lewat 10, namun Harry belum kesini lagi-- yang seharusnya jam 5 ia kesini. Aku menggigit telunjuk jari kananku, dan tangan kiriku mengetuk-ngetuk meja disamping-- seraya menunggu Harry.

Aku menyenderkan badan ke kepala tempat tidur sendirian. Padahal tadi Harry kekeuh ingin tidak kuliah-- demi menemaniku, namun aku memaksanya.
Karena terlalu lama aku menunggu Harry, aku memutuskan untuk menghubunginya.

"Harry?"

Aku bisa mendengar suara orang berbicara ramai disana. Lagi dimana dia?

"Harry?"

"Oh- hai, Ken. Ada apa?"

Ada apa dia tanya? Huh.

"Kapan kau kesini?..." Ucapku berhati-hati.

"Maaf, aku baru ingin kesana. Aku telah mengerjakan tugas. Oke. Jaga dirimu. Aku mencintaimu."

"Aku men--"

Kebiasaan. Bisa-bisanya ia menutup panggilan disaat aku belum selesai. Kebetulan juga, LU dengan rumah sakit ini tidak jauh-- kemungkinan ia datang sekitar 15 menit lagi.

Aku menaruh kembali ponsel dimeja samping. Kemudian kembali menyenderkan badanku.

Pikiranku menangkap sosok wanita dan lelaki penghianat. Peter dan Hannah. Semenjak ia melakukan itu kepadaku, aku belum sempat menemuinya. Mereka memang tidak baik-- persis seperti kata Harry. Bingung? Jelas. Mengapa Harry bisa tahu menahu bahwa mereka tidak baik. Kukira Hannah benar-benar menjadi temanku, ternyata malah menjadi... musuh? Entahlah. Aku tidak mau memikirkan sesuatu yang berkaitan dengan mereka.

Tok tok tok

"Masuk." Pintaku ketika mendengar suara ketukan pintu. Mataku menatap sesosok perempuan mengenakan pakaian serba panjangnya. Tidak-- dia bukan hantu. Hanya saja aku dan Harry pernah menyebutnya iblis.

Sialan. Dia lagi.

"Hei, Ken."

Aku tersenyum paksa mendengarnya, sambil membiarkannya masuk.

Bodoh! Gadis batinku meniriaki diriku sekarang.

Bagaimana jika Harry tahu bahwa gadis ini datang lagi?

Ia kemudian menarik kursi dan duduk tepat disampingku.

"Mau apa kau kesini?"

Ia tergelak.

"Aku?" Ia tertawa licik. "Aku ingin mengucapkan semoga cepat sembuh kepadamu."

Aku menatapnya tajam. "Bagaimana kau bisa tahu aku ada disini?"

"Oh tentu saja! Lagipula kau tidak perlu tahu juga."

"Kalau begitu pulanglah." Ucapku sedikit ketus.

Ia menatapku tejam. Tatapannya seolah-olah ia bingung denganku yang begitu berani dengannya.

"Freya, kuulangi. Pulanglah."

Ia menopang dagunya disisi tempat tidurku seraya memandangku tajam dan serius. Aku mengalihkan pandangan agar tidak menatal matanya.

"Aku menunggu kekasihmu pulang. Sedikit ber--"

Suara orang masuk membuat aku dan Freya menoleh secara bersamaan.

Tepat sekali.

"Hai." Sapaku kaku sambil sedikit melirik kearah kiriku.

Ia ikut memandang tajam Freya dan berjalan mendekatinya. Matanya melirik Freya dari atas sampai bahwa-- memancarkan pandangan sangat tidak suka.

US [ h.s ] > discontinuedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang