Chapter 19

1K 104 20
                                    

Aku menghempaskan tubuhku kekursi hotel. New York sudah menjelang malam, langit-langit sudah mulai gelap. Kutaksir pasti akan turun hujan sebentar lagi karena hari benar-benar sudah mendung. Harry sedang membersihkan badannya--mandi. Aku menatap kosong kedepan.

Kecewa.

Marah.

Stress.

Semua menjadi satu.

Lengkap sudah penderitaanku kali ini. Bukankah aku kesini untuk menyelesaikan masalah? Tapi yang justru masalah ku semakin banyak. Bahkan masalah satu persatu pun belum ada yang tuntas. Cuaca kali ini, yaitu mendung tepat sekali dengan suasana pikiranku.

Gelap. Mendung.

Bayangan mereka-- laki-laki dan perempuan yang kulihat tadi di restaurant terus saja menempel di pikiranku. Ini semua keterlaluan. Bahkan tadi, aku dan Harry belum sempat mengejar mereka-- namun mereka sudah masuk kedalam mobil hitam BMW. Untung saja aku mencatat plat nomor mobil tersebut. Jadi, lihat saja besok.

Rasanya juga aku baru beberapa jam di New York-- namun sudah terasa berhari-hari. Justru aku berpikir aku harus bertahan lebih lama disini. Yah, tapi tidak tahu juga dengan Harry-- apakah ia mau lebih lama atau tidak.

Suara pintu membuyarkan lamunan kosongku. Aku menoleh dan tersenyum tipis melihat Harry dengan memakai celana boxernya saja. Ia menghampiriku dan jelas membuatku bertanya, apa-yang-akan-dilakukannya. Aku menelan ludah, sekedar mengurangi kegugupan yang secata tiba-tiba.

"Aku tidak suka melihatmu murung. Ayolah, life goes on. Semua akan berakhir jika kau selesaikan dengan baik, Ken."

Aku diam dan mengerjapkan mataku.

"Mereka sudah keterlaluan, Harry. Yah, setidaknya besok aku akan berbicara dengan mereka, secara langsung." Balasku penuh optimis. Aku memang harus menyelesaikannya cepat. Toh, daripada menjadi beban untukku, lebih baik lebih cepat diselesaikan semuanya.

"Apa kau sudah menghubunginya?"

Nah! Aku hampir saja lupa!

"Belum, aku baru mau."

Harry membalikkan tumitnya kemudian duduk di tepi ranjang.

"Secepatnya, Ken."

Aku mengangguk kemudian bangkit dari dudukku dan mengambil ponselku. Dengan cekatan aku langsung mencari nama mereka, dan dengan cepat aku langsung mengirimkannya pesan.

Aku Kenny, besok aku tunggu di cafe biasa di New York pukul 9. Semoga datang. :)

***

"Harry, kau mau menunggu saja atau?"

Ia menghembuskan nafasnya kemudian memegang tanganku.

"Kau yakin mereka akan datang?"

Aku mengangguk kecil dan tersenyum tipis. Semoga saja, sih.

"Yah, ku harap begitu."

Harry kemudian mengecup pipiku singkat.

"Aku menunggumu disini."

Dan dengan itu aku langsung merangkak keluar mobil-- dan langsung masuk ke cafe. Mataku menyelusuri setiap tempat kosong yang tersisa. Untung saja, cafe ini masih sepi karena masih pagi. Setelah menemukan 3 kursi kosong, aku langsung duduk disana.

Sekitar 15 menit, aku menunggu mereka datang. Namun tak ada satupun yang menunjukkan batang hidungnya juga. Sambil menunggu, aku memesan hot chocolate. Tak lama pesananku datang-- dan pada saat itu juga ia datang. Yang sempat kulihat, ia keluar dari mobil BMW kemarin. Walaupun plat nomornya tidak jelas, namun aku tahu pasti-- itu pasti mobil yang ditaikinya kemarin. Pasti.

US [ h.s ] > discontinuedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang