9. LIE

2.8K 257 67
                                    

Kondisi tangan masih terikat, dia terisak dalam posisi meringkuk sambil mencengkeram bantal di bawahnya kuat-kuat.

Ia sudah lelah menangis namun air mata itu seperti tidak ada keringnya, terus mengalir membasahi wajah dan pipinya. Punggungnya mungkin sudah merah, begitupun pergelangan tangannya yang saat ini telah ringkih tak ada daya karena lelah terus berusaha melarikan diri. Dia masih belum mendapatkan jawaban yang ia inginkan, Mark hanya tetap menerikainya sambil menghardiknya sebagai pembunuh.

Ia berusaha mengorek lebih namun Mark tidak mengizinkannya dan selalu memotong setiap ucapan yang hendak ia lontarkan.

"Kenapa pelacur ini hanya diam saja, hum? Bergerak untukku, sialan!" Mark mengumpat kasar di belakang Haechan lalu mendaratkan satu tamparan keras di bokong telanjang itu.

'PLAK!'

"Akhh!" Haechan memekik kesakitan, tamparan yang sangat terasa perih sekali. Dia berada dalam posisi menungging, Mark memperlakukan dirinya selayaknya pelacur seperti yang diucapkannya itu. Tubuhnya disiksa, ia dipaksa untuk meladeni dan melayani napsu bejadnya itu. Segala pujian baik yang tadi pagi sempat ia simpan untuk Mark ia buang jauh-jauh dan sekalipun tidak akan pernah berpikir untuk memungutnya lagi.

Mark hanyalah pria brengsek yang kejam dan tidak memiliki ampun.

Sejak tadi menyebutnya sebagai pelacur, jika tidak maka akan memaki dan memberi penghinaan yang dibarengi dengan tamparan keras yang ia terima pada tubuhnya.

"Sakiit!" Haechan merintih karena Mark melakukan semuanya dengan sangat kasar, tidak ada kehalusan sama sekali.

Jika membandingkan dengan pengalaman persenggamaan pertama mereka dahulu, jelas itu adalah sebuah hal yang berbeda sebab dahulu ia juga menginginkannya. Akan tetapi pada kali ini, yang Mark lakukan ini adalah pemerkosaan. Dan ia merasa begitu terluka saat menerimanya.

Pada momen itu Haechan merasakan tangannya sudah sangat bergetar. Sudah tak sanggup melampiaskan sakit yang ia rasa pada bantal di depannya, tubuhnya sudah sangat lemas dan lelah. Namun demikian, Mark yang menawan lehernya, hampir mencekiknya dari belakang seperti tak mau memberinya sedikit saja waktu untuk beristirahat. Dia terus dipaksa untuk melayaninya.

"Apa? Kau bilang sakit tapi lubangmu menginginkannya, kau pelacur sialan." Mark berucap dingin, menghina dengan cacian penuh rasa benci. Dan semakin mengeratkan cengkeramannya pada leher milik Haechan.

Haechan hanya mampu menggelengkan kepala. Wajahnya sudah dipenuhi oleh keringat karena dia benar-benar sudah lelah terus mendapatkan perlakuan kasar ini dari sejak satu jam yang lalu. Bibirnya terbuka dengan payah. Napasnya memburu. Dan keringat berjatuhan menetes dari dahinya. Rambutnya yang lumayan panjang jatuh, menjuntai basah dari atas dahinya. Haechan merasa dia benar-benar sangat kacau kacau sekarang.

"Eeuhngg-Maark!!!" Kembali mulutnya mendesah kesakitan ketika Mark semakin menghentak lubangnya. Lubangnya disodok dengan keras. Prostatnya ditumbuk dengan kuat. Dan pantatnya sesekali ditampar hebat oleh tangan kiri milik pria itu.

Jika begini. Haechan yakin dia pasti akan limbung. Tangannya bahkan sudah bergetar dengan hebat pertanda jika tubuhnya sudah tak mampu menghalau segala sakit yang Mark gempurkan ke tubuhnya.

"Ark!" Pekikan keras Haechan rasakan ketika lehernya lagi-lagi ditarik keras oleh Mark. Rasanya sangat sakit. Mark seperti ingin mematahkan lehernya. Ia menengok ke belakang. Dan Mark yang menyeringai menyambut penglihatannya. Ia memelas pada pria itu supaya jangan menyiksa dirinya lebih dari ini. Tapi Mark tidak menuruti, ataupun mengabulkannya dan malah semakin keras mencengkeram lehernya.

"Akhh!" Pekikannya semakin gila, seiring dengan hentakan di lubangnya yang juga semakin menggila. Ukuran penis di dalam sana juga terasa semakin membesar. Sedikit. Sedikit lagi Mark pasti akan klimaks, dan dia berharap sekali semoga dengan itu maka semua penyiksaan ini juga akan segera selesai.

THE DAY BLEEDS {MARKHYUCK} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang