13. BIG PROBLEM

3.1K 281 74
                                    

Prasangka buruk selalu muncul, apalagi diperkuat dengan tatapan cemas yang diberikan oleh si pelayan kepadanya.

"Aku juga khawatir akan mengalami pendarahan, tapi syukurlah aku baik-baik saja. Bayiku memang sangat kuat. Ceri, sayangku kau sungguh hebat." Ucap Haechan sambil tersenyum dan mengusap perut sedikit buncitnya itu.

"Tuan, kemarin saya bicara dengan Tuan Jaewoon. Saya berusaha mencari tahu alasan Tuan Mark mengapa menjadi berubah dan terasa sedingin itu kepada Anda." Choa mengompres kaki milik Haechan, ada sedikit memar di sana, itu akibat Mark yang tega merantai kakinya di kepala ranjang. Haechan frustasi mengingatnya, kemarin ia benar-benar dimanfaatkan oleh Mark dengan sehina mungkin seperti dirinya hanyalah salah satu dari sekian banyak mainan seksnya. Berbagai fantasi liar yang dimiliki sengaja dituangkan dan disalurkan padanya, memaksa dirinya agar mengikuti seluruh instruksinya tanpa boleh memberi bantahan. Termasuk adegan merantai kakinya seakan dirinya adalah seorang tawanan yang sengaja disekap untuk melayani napsu penculiknya.

Tidak terkejut, tapi tetap membuatnya sedikit heran juga. Alpha itu jika sedang rut benar-benar memiliki napsu yang menggila, ia sungguh lemas dan tak berdaya selama melayaninya. Hasrat dalam hati ingin mengelak sambil ingin sekali rasanya ia beri tamparan keras di pipi alpha itu, tapi ia tak bisa melakukannya karena tatapan Mark sangat membius, begitu tajam dan menusuk, membuat kakinya melemas kemudian jatuh terduduk dan hanya bisa memasrahkan diri untuk tunduk pada kalimatnya.

Di seluruh malam yang telah berlalu itu, satu kesimpulan yang bisa Haechan layangkan kepada Mark, bahwa pria itu sangatlah gila.

Gila melebihi apapun.

"Apa yang dikatakan Jaewoon setelah itu." Ucap Haechan sambil menyandarkan punggung pada sofa yang tengah ia duduki.

"Tuan, jangan bersandar seperti itu, itu akan membuat perut Anda jadi menopang seluruh beban tubuh bagian atas Anda." Choa menegur pasalnya Haechan berada pada posisi bersandar yang cukup riskan, punggung berada di antara lipatan sofa dan leher nampak tertekuk cukup ekstrem, selain akan membuat leher jadi sakit, itu juga akan membuat bagian perut terasa seperti sedang menapung seluruh beban tubuh.

Haechan pasrah saat tangannya ditarik pelan oleh Choa, pelayannya itu berusaha membantu membenahi postur duduknya. Padahal itu tadi terasa sangat nyaman, seakan punggungnya bisa ia pasrahkan cuma-cuma di atas permukaan empuk sofa.

"Tadi Tuan Jaewoon bilang akan membantu mencari tahu alasan kenapa Tuan Mark bisa berubah, kenapa juga bisa menjadi sangat benci terhadap Anda." Ucap Choa.

Haechan menghela napas pelan.

"Tidak ada alasan khusus, mungkin memang karena tak suka padaku." Gumam Haechan pelan, dia kali ini menundukkan kepala dengan sedih.

"Atau karena dia masih menyukai mantan kekasihnya." Imbuh Haechan, dia menarik kakinya karena sudah merasa cukup dengan kompresan dari Choa. Sekarang dia memilih untuk mengambil posisi berbaring, memakai bantal berupa boneka panda, dalam versi lebih mini dari boneka yang biasanya jadi favorit, ini baru dibelikan oleh Choa yang kemarin katanya baru mendapat jatah libur dan saat melihat boneka ini langsung teringat padanya. Haechan senang ketika seseorang teringat sesuatu akan dirinya, meskipun orang berpikir jika itu hanya hal sederhana, tapi baginya itu adalah sebuah hal yang sangat berarti.

"Tuan Mark memiliki mantan kekasih?" Tanya Choa.

"Ck, kau tidak pernah lihat berita? Aku saja yang bukan orang asli sini saja tahu." Berdecak pelan, dia tidak mau menyebut nama wanita itu, entahlah hatinya terasa sangat panas. Wanita itu yang sudah membuatnya mendapatkan perlakuan buruk begini dari Mark, dan karena hal itulah perlahan ia juga jadi menumbuhkan rasa benci terhadap wanita itu padahal mereka saja tak pernah memiliki interaksi langsung secara nyata.

THE DAY BLEEDS {MARKHYUCK} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang