5. SUNFLOWER

3.5K 271 4
                                    

Sedikitnya ada hukum karma yang berlaku tapi sejatinya tidak semua orang mau memberi peduli.

Termasuk Haechan. Ia hanya terlalu terpaku pada hamparan bunga matahari yang sengaja diciptakan oleh ibunya untuk pesta pernikahan. Ia melupakan segalanya, memberi kosong pada ruangan yang ada di dalam otaknya hanya agar dia bisa membayangkan akan seindah apa hari pernikahannya nanti.

"Indah sekali, sesuai impianku." Gumam Haechan dengan perasaan senang. Ia menyandarkan kepala pada jendela mobilnya, sementara ia tak diizinkan untuk keluar secara bebas mengingat keadaannya masih belum cukup membaik pasca masa heat-nya berlalu.

Aneh sekali jika itu hanya berlangsung selama dua hari saja. Biasanya sesingkat-singkatnya adalah sekitar empat atau lima hari. Namun ini, entah apa penyebabnya dia hanya merasakan siksaan itu selama satu hari saja, sedang di satu hari sebelumnya karena dia telah memuaskan diri dengan mendapatkan aroma feromon Mark, hal itu menjadi sedikit lebih mudah -tidak terlalu sakit dan cepat sekali untuk dibawa berlalu.

"Aku tahu dosaku banyak, tapi aku tidak memedulikan soal karma. Tapi jika kelak aku akan menerima itu, maka jalani saja." Jawab Haechan, sejak pagi Hyunbin terus bercelotek soal karma. Konteks ini tidak menjurus kepada dirinya, Hyunbin bertanya soal karma sebab mulai merasa lelah dengan segala ketidakadilan yang selama ini ia dan ibunya sering terima. Dan pria itu merasa penasaran apakah karma itu sungguh eksis, bila memang demikian Hyunbin berharap jika karma itu akan menimpa dan melanda para anggoda Keluarga Utama yang selama ini sudah menggaung diskriminasi secara nyata kepada dirinya dan ibunya.

Alih-alih mengaminkan, Haechan malah bercermin untuk diri sendiri. Ia tidak berharap orang akan mendapatkan hal buruk, tapi jika ada hal buruk yang akan menimpa diri, jujur saja dia akan berusaha untuk menanganinya dengan baik, sebagaimana dirinya selama ini. Dan jangan terlalu dibawa serius, lagipula ia rasa sejatinya hal semacam itu tidaklah ada.

"Jadi menurutmu karma itu ada?" Hyunbin masih terus melayangkan tanya.

"Ada atau tidak, jika aku nanti mendapatkannya, maka ya sudah jalani saja. Lagipula kenapa kau terus bertanya soal itu? Merusak kebahagiaan orang saja." Hari ini Haechan hanya ingin menaburkan bunga di dalam hati, sebagaimana hamparan taman bunga matahari yang ada di hadapannya ini, tapi menyebalkan sekali Hyunbin harus mengulik kebahagiaan yang dirasakannya saat ini dengan cara seperti itu.

"Lagipula, apa yang mendasarimu berkata begitu? Kau mau mendoakan aku agar terkena karma ya?" Ucap Haechan, melayangkan tatapan curiga kepada Hyunbin.

Hyunbin menghela napas pelan.

"Bukan begitu, ini kan bukan soal dirimu. Aku hanya merasa tidak terima saja pada Keluarga Utama yang bahkan tidak mau memberi sumbangan apapun terhadap acara pernikahanmu ini, sedangkan jika di antara mereka ada yang memiliki hajat kau dan Nyonya selalu keluar uang untuk kepentingan mereka." Ucap Hyunbin, acara pernikahan Haechan nanti akan diadakan dengan sangat meriah dan mewah, tapi itu tanpa sedikit pun ulur tangan dari Keluarga Utama. Di rasa Hyunbin itu terlalu kejam, apalagi Haechan adalah anak dari seseorang yang pernah menjadi pewaris utama. Sehingga lantas mengapa Haechan harus diperlakukan dengan sangat tidak adil begini?

"Kau seperti tidak tahu mereka saja, jangan pedulikan itu." Haechan merapatkan jaketnya, sudah puas memandangi hamparan taman bunga matahari yang nanti akan mentari latar upacara pernikahannya berlangsung ia mulai merubah posisi duduk menjadi menegap menatap ke depan, hari mulai beranjak siang dan Haechan sedang malas berpanas-panasan jadi akan lebih baik jika mereka segera pulang sekarang.

"Tak usah diambil pusing, sadar tidak jika aku ini pun banyak dosa dan kesalahan jadi jangan pernah berpikir jika aku adalah yang paling malang karena terus menanggung ketidakadilan, kadang aku juga jahat pada mereka. Jadi mungkin karma di antara aku dan mereka tidak akan pernah terjadi. Ayo pulang, aku tak mau ketika matahari sudah kelewat terik tapi kita belum sampai ke rumah." Haechan terus menenggelamkan diri pada jaket yang ia kenakan, sangat hangat dan masih memiliki semerbak sisa feromon milik Mark. Meski bisa dibilang aromanya tidak sepekat ketika ia baru pertama kali mendapatkannya, namun akan tetapi jaket ini masih memiliki setipis aroma yang mampu membuatnya tenang, juga membantunya untuk meredakan mual yang masih sering ia rasakan.

THE DAY BLEEDS {MARKHYUCK} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang