17. GOLDEN HOUR

3K 207 9
                                    

Haechan menguap dengan selebar-lebarnya sampai kedua matanya saling terpejam, ia sudah mengantuk namun masih ingin tetap terjaga sampai nanti larut malam.

Mark yang ada di depannya hanya tersenyum saja menyaksikan pemandangan menggemaskan dari Haechan. Mengulurkan tangan untuk menutup mulut terbuka milik Haechan dengan menggunakan punggung tangan.

"Kenapa kau mau memaafkanku." Ucap Mark sambil memainkan rambut milik Haechan, mengelusnya pelan lalu menyelipkannya ke sisi telinga. Mereka sedang saling berbaring bersama, di dalam kamarnya setelah semua perdebatan serta sedikit cekcok yang mereka lalui.

"Kau memang gagal, dalam segala hal." Ucap Haechan, ia menatap kedua netra Mark dengan lekat. Kemudina dia mengambil tangan milik Mark.

Mark tersentak, merasa seperti disadarkan dengan tamparan kata dari Haechan.

"Tapi sekarang kau sudah berusaha untuk merubah segalanya. Mungkin sulit untuk memaafkan, tapi aku ingat jika kita sebelumnya sudah sepakat untuk tidak saling mencampuri satu sama lain. Jadi anggap saja itu sebagai hal lalu, dan kita hanya perlu melangkah bersama ke depan. Itu jika kau mau. Jika tidak, aku pun tak akan memaksakan apapun. Aku cukup tahu diri agar tidak tamak setelah memaksakan pernikahab padamu dan telah membuatmu kehilangan kesempatan terakhirmu agar bisa bersama Yuqi. Aku juga bersama, kita salah. Dan jika boleh jujur kita sama-sama gagal." Ucap Haechan. Sama seperti Mark yang tak bisa melimpahkan kesalahan kepada dirinya secara sepenuhnya, Haechan pun cukup sadar diri untuk tidak menyalahkan Mark secara sepenuhnya.

Daripada saling menyalahkan, Haechan lebih senang jika mereka mau untuk saling mengakui kesalahan.

Mengabaikan masa lalu, jika Mark menjadikan penyesalan sebagai hal yang harus selalu dikenang dan dijadikan sebagai paku abadi yang menancap di bahu. Maka Haechan adalah sebaliknya, ia memiliki prinsip untuk apa menyelasi sesuatu, jika sudah terjadi maka biarkan dan jalankan. Terasa mudah mengatakannya, namun jika sejak awal tidak terbiasa dengan ini maka jelas tak sembarang orang bisa melakukan.

Jangan tarik kesimpulan bahwa sebenarnya hidupnya ini penuh penyesalan. Itu benar, tapi Haechan tak pernah mengambil pusing, ia ambil hal baiknya untuk pelajaran lalu melupakan segala beban lain dengan mudah.

Sedikit pengantar, Haechan terbiasa memakai konsep ini karena sebenarnya sejak dulu ia telah bersahabat dengan kepura-puraan dan lagak bermain seni peran di dunia nyata di depan para anggota keluarganya. Terlebih para alpha itu. Ia senang menekan diri sendiri untuk mengambil keputusan yang berbeda dari mereka, meski itu berakhir mempersulit diri sendiri namun Haechan tak menyesalinya dan berusaha beradaptasi asal ia tak akan pernah tersiksa dengan keadaan harus berdekatan dengan mereka.

"Sekarang aku berpikir jika kau sebenarnya bisa menerima orang yang lebih baik dariku." Demikian, Mark merasa sangat bersalah. Haechan memaafkan segalanya, membiarkan seluruh kesalahannya itu sebagai hal lalu, dan kemudian mengulurkan tangan untuk membela dan membawanya untuk melangkah menghadapi segala hal di depan mereka bersama.

"Ketika ibuku menghakimiku, seluruh orang di negeri ini melayangkan tatapan jijik padaku. Kau tetap mau memaafkanku dan membelaku. Aku tidak tahu bagaimana harus menebus seluruh hal yang telah kau berikan padaku." Mark tersenyum, senyuman miris untuk mengasihani diri sendiri. Segala pemberitaan buruk dari media benar-benar membuat harinya hancur, tatapan menghina dari semua orang, begitu juga ibunya, Mark merasa terluka dengan hal itu tapi juga sadar bahwa ia memang pantas untuk mendapatkannya.

Tapi meskipun begitu, pada senja yang tak menampilkan cahaya matahari sama sekali, hanya gelap dan pekat, begitu mendung dan suram selayaknya keadaannya saat ini.

Haechan datang padanya. Memberi usapan halus pada punggung tangannya, menyambutnya baik dan bahkan tanpa ia minta malah memberinya pembelaan. Meski berikutnya dia tetap mendapat tamparan keras yang menyakitkan, hingga pipinya merah, dan segala umpatan lain yang terdengar memilukan. Tapi hal berikutnya yang Haechan lakukan, saat tubuh itu memeluknya.

THE DAY BLEEDS {MARKHYUCK} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang