19. LOVE YOU

2.6K 182 1
                                    

"Mama seharusnya tidak usah repot-repot begini. Nanti jika Aera sudah lebih besar, kami yang akan lebih sering mengunjungi Mama." Haechan menyerahkan segelas air putih pada ibunya yang sekarang sedang memangku anaknya, nampak tenang dan tidak rewel.

"Hei, tidak apa-apa. Mama senang sekali. Apa lagi bisa bertemu cucu. Ishh... Kenapa dia selalu berpaling jika aku gendong sih." Jennie meletakkan gelasnya setelah mendapatkan dua teguknya.

Jennie merubah posisi sang cucu, menggendongnya dari depan. Menimangnya yang sayang sekali sekarang sang cucu malah menunduk dan memainkan kancing bajunya seru.

"Sayang, lihat nenek kemari. Astaga, lucunyaaaa!" Meski Jennie tidak mendapat respon karena Aera malah makin asik meremat kancing bajunya, ia tetap dibuat gemas oleh sang cucu dengan kedua pipi tembamnya yang sangat besar itu. Lantas saja tak butuh waktu lama dia beri kecupan gemas di sana.

"Jangan dicium-cium, kemarin pipinya merah karena itu." Haechan menyenggol lengan ibunya.

Jennie terkekeh kemudian hanya memangku Aera sambil menepuk-nepuk bokong bulatnya senang.

"Sayang, jujur saja Mama bahagia. Apalagi melihat kehidupanmu yang sekarang. Ya, meskipun Mama juga bersedih untuk mertuamu itu, tapi tak apalah. Selagi kalian yang menjalaninya bahagia, maka Mama juga bahagia. Untuk Wendy, biarkan saja, mungkin seiring dengan berjalannya waktu dia akan mau berbaikan dengan kalian lagi. Dan aneh sekali dia, punya cucu secantik ini yang bisa dikunjungi setiap hari, malah diabaikan dengan begitu saja." Jennie geleng-geleng kepala.

"Tapi Aera sayang, sekalipun Nenekmu yang satunya kurang baik, dia tetap Nenekmu. Jangan pernah taruh rasa benci padanya ya." Jennie mengusap-usap kepala sang cucu sebagai gantinya karena tak boleh menyentuh pipi.

Sedangkan si kecil, sampai sekarang masih begitu senang memerhatikan kancing baju milik Jennie. Kancing itu berwarna biru dengan sedikit hiasan seperti permata di pinggirannya. Mungkin karena bersinar jugalah, maka kancing ini menarik perhatian bayi tersebut.

"Biarkan saja, aku sudah tidak terlalu memikirkannya. Biarkan dia hidup dengan caranya sendiri, asal tidak saling mengganggu aku tidak masalah." Haechan mengendikkan bahu, ia berusaha menyentuh jari Aera, tapi itu ditolak dan anaknya tetap senang menggenggam lalu menepuk-nepuk kancing baju sang ibu.

Astaga benar-benar jika sudah senang akan sesuatu.

"Oh, Mama sangat lega mendengarnya. Omong-omong, kau sudah resmi mendapatkan status kewarganegaraanmu yang baru sayang? Kau sudah punya anak dan sudah tinggal di sini selama satu tahun lebih." Jennie memberi senyum, kali ini lebih lebar.

Haechan duduk, melipat kaki lalu menoleh pada ibunya untuk melayangkan pandangan memicing.

"Mama kenapa begitu? Terdengar senang sekali kalau aku sudah resmi pindah status." Tanya Haechan.

"Hahaha, itu karena jika dengan begitu maka kau akan benar-benar mendapatkan kebebasanmu. Keluarga Utama sudah tidak akan bisa mengusikmu lagi. Meski mereka sekarang pun terlihat tak acuh, tapi tak ada yang jamin dengan bagaimana di masa depan. Sekaligus jika Mama sudah tak bisa melindungimu, mereka pasti akan berusaha mengusikmu. Tapi jika sekarang, mereka sudah tak bisa melakukannya. Ada kedaulatan yang membentang di antara kita, jadi mereka pasti tak bisa menyentuhmu. Maka dari itu Mama senang." Jennie menjelaskan. Dan dia menunduk saat sadar jika Aera ternyata sudah dalam keadaan tidur. Cantik sekali, persis seperti Haechan ketika masih bayi dulu. Hanya saja kulit tan Haechan didapatkan dari dirinya, sedangkan Aera nampak begitu putih pucat, ini pasti bawaan dari Mark.

"Jadi itu alasan Mama?" Tanya Haechan. Ia sempat mendengar jika surat perjanjian itu malah dibuat dengan bersama tinjaun dari Jennie, padahal ia yang menjalani namun ibunya malah seenaknya saja main ambil alih. Tapi tidak apa. Haechan pun percaya bahwa apa yang diputuskan oleh ibunya itu juga merupakan yang terbaik untuk dirinya sendiri. Itu jugalah yang membuat ia tak peduli ketika ia bahkan tak tahu keseluruhan isi suratnya, dan sekarang benda itu pun ada di tangannya, melainkan pada ibunya.

THE DAY BLEEDS {MARKHYUCK} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang