15. LOVE OR

2.7K 218 5
                                    


Haechan berada dalam suasana hati terbaiknya. Dia hari ini senang sekali, meskipun tadi pagi harus merengek menu sarapan yang tidak ia sukai, namun siang harinya dia senang karena Jaewoon datang membawa satu paket menu makan siang yang isinya ada ayam, daging, nasi, dan telur. Semua adalah favoritnya, dan yang membelikan semua ini adalah Mark -meski melalui Jaewoon.

Tapi tetap saja, semua ini adalah berkat inisiatif yang diberikan oleh Mark.

"Ah, seandainya lemur itu selalu baik padaku." Haechan menatap layar ponsel kemudian membawanya ke dalam pelukan, tindakan ini membuat gantungan panda yang ada di bagian bawah ponsel terlihat bergoyang-goyang.

Layar ponselnya tadi menunjukkan isi pesannya pada Mark.

'Aku ingin makan siang dengan ayam. Daging juga boleh, tapi bukan daging kelinci. Dengan nasi hangat juga boleh.'

'Ya. Jaewoon akan mendapatkannya untukmu.'

Semenjak pulang dari bulan madu, Haechan benar-benar menikmati masa di mana Mark menjadi cukup baik dan lumayan perhatian padanya. Hal yang tidak pernah dia duga sama sekali bahwa masa-masa seperti ini akan mendatanginya.

"Sepertinya besok aku harus ikut Ibu Wendy pergi ke gereja. Aku harus mengucapkan doa, untuk semua kebaikan ini semoga bisa berlangsung dengan lama dan kekal." Haechan tersenyum senang, ia menikmati makanannya sambil mengusap perut buncitnya sayang. Sekarang masuk lima bulan, dan Haechan sudah mulai merasakan jika Ceri telah sering bergerak dengan lebih lincah. Bahkan tendangan atau pukulan yang diberikan bisa membuat perutnya melentur menonjol karenanya.

Anaknya ini sangat aktif, Haechan benar-benar senang sekali. Mungkinkah karena dia senang dan itu menular ke anaknya, makanya Ceri sekarang terasa seperti sedang memiliki antisiasme yang tinggi.

"Choa, semalam Mamaku telepon lagi." Haechan menikmati ayam, ini bagian paha, mengigiti dagingnya dengan lahap sampai tak bersisa dan hanya menyisakan pucat tulang semata.

"Apa yang dibicarakan oleh beliau?" Tanya Choa, dia menyerahkan tisu kepada Haechan yang ingin menyeka bibirnya yang kotor penuh saus tersebut.

Haechan menghela napas pelan. Belakangan Haechan merasa aneh dengan ibunya. Sejak dulu ibunya bukanlah tipe orang yang suka mengeluh ataupun membagi perasaannya kepada orang lain dengan mudah, tak peduli sesulit apapun keadaannya ibunya pasti akan berusaha untuk menyelesaikannya sendiri. Tidak pernah sekalipun mendatangi orang untuk bercerita apalagi sampai menangis.

Akan tetapi baru-baru ini, terlebih sejak terakhir kali ia menemuinya sang ibu selalu menghubunginya setiap malam. Haechan bukannya tidak suka, ia suka-suka saja dihubungi tiap malam karena toh sebenarnya setiap saat mereka juga selalu berkabar. Yang menjadi cikal bakal perasaan tidak senangnya adalah topik pembahasan yang dilontarkan oleh ibunya.

Ibunya selalu menasihati soal jangan bercerai apapun yang terjadi, jangan bermain-main dengan pernikahan. Berusahalah untuk saling menerima satu sama lain, karena bagaimana pun mereka adalah sepasang mate. Sesekali ibunya juga menasihati bahwa Mark tidaklah seburuk itu, dan mereka mungkin benar-benar bisa menjalankan kehidupan rumah tangga yang sesungguhnya.

Baiklah, nasihat ini masih masuk akal.

Tapi kata-kata berikutnya yang tidak ia senangi yang jadi penyebab ia enggan menerima panggilan ibunya jika hanya itu-itu saja yang diangkat sebagai topik.

'Mama senang sekarang kau sudah memiliki, teruslah bersandar padanya. Mama yakin dia kelak pasti menjadi seseorang yang bisa kau andalkan. Meski pernikahan kalian tak berlandaskan pada cinta, tapi bertemu dengannya adalah hal yang tepat. Mama merasa bersyukur jika dialah yang kau bawa untuk kau kenalkan sebagai calon suamimu. Tetap berbahagia dengannya, ya. Mama tak yakin apakah bisa membawamu bahagia dalam waktu yang lama, tapi jika itu dengan Mark, Mama harap kau bisa mendapatkannya.'

THE DAY BLEEDS {MARKHYUCK} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang