2

1.2K 47 11
                                    

Happy reading

.
.
.
.
.

PLAK!

"Lo gila!" pekik Zela yang di balas kekehan dari Zaro.

Zaro menatap muka Zela yang sedang menunduk dengan muka yang masih memerah. Tangan Zaro mengelus pipi Zela dengan lembut, "Maaf."

Entah maaf untuk apa, Zela tak perduli dengan semua tentang Zaro, ia hanya ingin pergi dari hidup Zaro. Karena dalam ingatan Azela, Zaro sangat berbahaya, terutama bagi dirinya. Jadi sebisa mungkin ia menjauh dari Zaro.

"Gue mohon, Putuskan pertunangan kita Zaro. Gue muak sama lo!"

"TIDAK! tidak akan pernah!"

Zaro memegang kedua pundak Zela dengan kencang sampai-sampai membuat Zela meringis kesakitan.

"Sekali lagi mengatakan itu, Saya tidak segan-segan memperkosamu disini, Azela." ucap Zaro dengan datar sambil menatap Zela tajam, tapi tatapan tajam Zaro sama sekali tak berpengaruh terhadap Zela.

Dengan amarah yang masih membara, Zaro menarik Zela masuk kedalam mobilnya, dan membawa Zela ke apartemennya. Zela memberontak, tetapi ia hanya melakukan hal yang sia-sia.

Sesampainya di apartemen, Zela memberontak sekali lagi ingin pulang, tetapi Zaro tetap mencengkram kuat tangannya membawa kedalam kamar Zaro.

Zela di banting kekasur, perasaan Zela tak karuan, ia berfikir apakah dirinya akan diperkosa saat ini? Saat ia melihat Zaro merebahkan dirinya di samping seketia Zela bernafas lega.

Tangan Zaro melingkar diperut Zela, "Tidur sayang, saya masih marah sama kamu," bisiknya lalu mengecup Leher Zela.

****

"Laksanakan saja tugas yang saya berikan! Jangan sampai Azela tau tentang ini!" Seseorang berbicara didalam ruangan dengan seseorang yang didepannya yang sedang menunduk.

"Bagaimana jika Nona tau?"

"Makanya jangan sampai dia tau tentang ini!"

"T-tapi, ini tidak mungkin bisa di tutupi dalam jangka lama lagi, Tuan!"

"Jika sampai tunanganku sampai tau, kau akan kuhabisi."

Zela mengerutkan keningnya, memikirkan apa yang baru saja diucapkan oleh Zaro. Setelah ia bangun tidur tadi, ia berniat ingin kabur dari apartemen Zaro si brengsek itu tapi malah mendengar pembicaraan yang aneh.

"Serah deh! males gue mikirin!"

Zela melangkahkan kakinya menuju pintu apartemen, lantas dengan cepat ia meninggalkan apartemen itu agar tak ketahuan okeh Zaro. Tak lupa ia memesan taxi.

Saat dalam taxi, Zela memikirkan tentang dirinya yang bagaimana bisa terdampar di tempat yang sama sekali tak pernah Zela kunjungi. Jarinya mengetik sesuatu mencari tahu tentang Transmigasi, bukannya jawaban yang ia dapatkan malah hal lain yang dia dapatkan.

Zela mengacak rambutnya frustasi, membuat sang sopir Taxi menoleh kebelakang, memastikan bahwa penumpangnya tidak kerasukan Setan jahanam.

"Mbak gak kerasukan kan?" tanyanya pelan

Zela menatap sopir Taxi dengan datar, beberapa detik setelah itu ia tersenyum lebar sambil tertawa kencang.

Azela transmigrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang