Hari ini Zela sedang bersiap-siap ingin melakukan sesuatu. Saat ini ia sudah berada dalam apartemennya sendiri, mengingat tadi malam ia nekat kabur dari apartemen Zaro.
Pikirannya buntu, sedari tadi ia mencari alamat rumah orang tuanya sama sekali tidak menemukan apapun. Dirinya memang melihat dalam ingatannya Azela kalau ia mempunyai orang tua, tetapi dirinya tak tau letak lokasi rumahnya.
Sudah ia mencari kemana-mana, dimulai dari telfonnya mencari nomer keluarga, Nihil, kemudian mencari-cari di kotak-kotak yang berisi seperti buku Diary dan lainnya tetap sama, Nihil.
Zela mengacak rambutnya frustasi. Itu menurutnya sangat aneh, tidak mungkin pemilik tubuh ini tidak tau alamat keluarganya, minimal ada kontak dari mereka, lah ini tidak ada sama sekali.
Apa ia harus bertanya dengan si bajingan itu, tapi jika Zela menanyakan itu, Zaro pasti akan curiga secara dirinya bersikap aneh menanyakan orang tua nya.
Dan untuk Zaro, sejauh ini Zela hanya mengetahui kalau dia adalah seorang mafia. Selebihnya dia tak tau, sama seperti kedua orang tua tubuh ini, begitu juga dengan orang tua Zaro. Dirinya tak pernah bertemu sama sekali mau Azela yang asli ataupun Zela.
"Gue harus apa? Gue gak bisa disini terus bangsat!" Zela melempar buku Diary Azela.
"Masa sih gak ada sama sekali petunjuk yang buat gue bisa sampai disini. Minimal alasannya gue kesini." Gumamnya.
"Apa jangan-jangan ada yang jahilin gue yah waktu di tubuh gue yang asli?" Sekarang Zela menjadi curiga apa jangan-jangan dulu ada yang jahil.
"AKKHH!"
"SAYANG KAMU KENAPA?" teriakan terdengar dari luar apartemennya.
"DIEM LO BAJINGAN!"
****
"Lo ngapain disini?"
Ucapan datar dengan tatapan yang tajam, membuat orang yang ditanya terdiam sejenak. Saat Zaro mendengar teriakan dari Zela dari dalam apartemennya ia menggedor-gedor pintu sampai Zela membukanya, awalnya ia sudah mencoba sandi yang sering Zela gunakan, tetapi sudah di ganti.
Zaro menatap mata datar itu dengan memelas, "I miss you, babe." Tangannya merentang ingin memeluk Zela, tapi segera di taham oleh Zela.
"Gak nerima tamu."
Melihat sikap Zela yang datar, membuat moodnya Zaro berubah, "Kenapa kamu jadi berubah Ela? Kamu dulu tak pernah begini, kenapa sekarang kamu jadi seperti ini."
Zela menatap Zaro yang berakting sedih, "Males pura-pura mulu." Setelah mengucapkan itu langsung saja Zela membanting pintu apartemennya.
Saat ini dirinya tak ingin sama sekali di ganggu, Zela ingin fokus pada tujuannya, dan juga dia tidak mau jatuh cinta pada Mafia gila itu.
Saat ini jam menunjukkan pukul 17.34, Zela berniat keluar berjalan-jalan mencari taman sambil menikmati sunset. Saat membuka pintu apartemen, Zela terkejut.
"Ngapain lo masih disini?" Kesal Zela sungguh kesal.
Zaro, yah yang dilihat Zela adalah orang yang yang sangat memuakkan bagi Zela. "Saya nunggu kamu."
"Gak usah nunggu gue."
Saat ingin melangkahkan kaki meninggalkan apartemen, tangannya ditahan Zaro.
"Ikut," ucapnya Manja.
Jujur Zela merasa ngeri, laki-laki dewasa sepertinya bersikap manja. Jiwa Zela sangat anti dengan cowok manja. Tapi sekarang malah mendapatkan laki-laki yang manja.
"Mau kemana kamu sayang?"
Zaro tetap mengikuti Zela walau dirinya sama sekali tak dihiraukan. Sedangkan Zela sendiri, menikmati suasana kota yang ramai dengan kendaraan. Sesekali Zela melihat kearah langit menatap awan-awan yang semula berwarna putih menjadi Jingga akibat dari cahaya matahari yang akan terbenam.
Senyum Zela merekah saat menemukan, taman yang di bawahnya ada sungai, tak terlalu dalam sungainya cuma jika loncat kesana pasti akan basah.
Zela turun melalui tangga yang ada disana, di ikuti Zaro yang masih memegang ujung baju Zela.
"Waaahh!"
Matanya berbinar saat melihat awan dari bawah, apa lagi jika Zela merebahkan dirinya di rerumputan seperti saat ini. Tangannya mencari ponselnya di dalam tas, lalu membuka kamera memotret awan-awan yang cantik itu.
Sedangkan Zaro sendiri menatap gadis yang sedang berbaring di rumput itu dengan lekat. Sesekali ia tersenyum menatap Zela yang mengoceh mengatakan awan-awan itu sangat indah. Entah mengapa jantungnya berdebar saat melihat senyum yang sangat jarang ditampakkan oleh Zela.
"Yah kurang bagus, burem awannya." Gumam Zella.
Zela menatap hp yang ia pegang, sama persis seperti hp lamanya dulu pantasan saja. Tapi tak lama ada hp melayang di depannya, ah tidak itu Zaro yang memberikan hp kepada Zela.
"Ini, pake hp saya."
Zela menatap hp itu, "Gak, ah males."
Sebenarnya mau-mau saja Zela tetapi, saat melihat logo hp itu membuatnya takut, itu hp keluaran terbaru yang sangat di incar para penggunanya. Zela berfikir jika tak sengaja membuat hp mahal itu lecet, mau pakai apa dia menggantinya.
Seakan mengerti tatapan Zela laki-laki ktu tersenyum, "Gak perlu takut."
Tangannya takut-takut mengambil hp itu, sungguh jiwa miskinnya meronta-ronta saat memegang hp mahal tersebut.
"Beneran gak pa-pa?" tanyanya lagi.
Tangan Zaro mengusap rambut Zela dengan lembut, "Ia sayang, pakai saja." Lalu ia ikut merebahkan dirinya disebelah Zela.
Buka menatap awan yang indah, Zaro malah menatap Zela yang sedang terseny bahagia melihat hasil fotonya yang bagus.
Cup!
Satu ciuman terasa disudut bibir Zela, lalu disusul dengan bisikkan yang membuatnya terdiam.
"I love you, Zela."
'Sayang banget yah, orang yang lo cintai bukan gue.' Batin Zela.
*****
Hai semua maaf yah jarang update.
Btw, mungkin ada yang heran sama alurnya yang itu-itu aja. Aku disini buat ceritanya gak mau yang banyak konfliknya, jadi yang ringan aja. Mengalir aja gitu hehe.Oh iya, masalah tentang percintaannya juga mungkin sedikit, karna disini akan lebi berfokus pada tujuan Zela.
Nantikan kelanjutannya yah
See you next time21.18
1 juli 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Azela transmigrasi
Teen FictionWARNING CERITA DEWASA!! DIBAWAH UMUR MENJAUH!! "Wah!" "keren-keren, gue jadi bisa ngerasain Transmigrasi!" Azela Kaylin, gadis berusia 20 tahun, yang tiba-tiba bertransmigasi pada tubuh seorang cewek yang anti-sosial. Dan Na'asnya cewek itu adalah...